17. Roomate

86 5 0
                                    



Happy Reading...

—————

Kebetulan hari ini adalah hari minggu kedua anak manusia itu masih bergelung didalam selimutnya pada pagi hari ini, burung - burung berkicau pun tidak membuat mereka terusik justru semakin mengeratkan pelukan keduanya. Wajah Mauryn telah nyaman bersandar pada dada bidang Vano sedangkan kepala cowok itu menumpu pada puncak kepala Mauryn, jika orang melihat bisa - bisa mereka dikira pasangan pengantin baru yang tidak ingin beranjak dari kamar ingin bermesraan.

"Hoammm..." Mauryn mengerjapkan matanya perlahan sinar mentari melewati jendela membuatnya penglihatanya silau "Guling kok keras banget gini tapi enak anget," racaunya mengeratkan 'guling' yang dipeluknya, tangan Mauryn meraba sekitarnya, guling kok ada kotak - kotaknya? batin Mauryn.

1 detik.. 2 detik... 3 detik...

Mata Mauryn membuka sempurna ia tersentak langsung saja memundurkan badannya dari Vano dan Mauryn baru ingat semalam ia seranjang dengan Vano. Mauryn menatap Vano bertelanjang dada sontak ia menatap ke balik selimutnya, aman tidak ada yang terlepas dan tidak ada yang berubah. Mauryn menghadap ke arah Vano ia menatap lekat cowok itu entah dorongan dari mana Mauryn menjulurkan tangannya ke wajah Vano mulai dari kening hingga berhenti dibibir. Manteb banget ciptaan Tuhan yang paling seksoy.

"Ganteng jadi gemes," gumam Mauryn mengusap bibir Vano dengan telunjuknya.

"Gemes doang cium kagak," ucap Vano dengan deepvoice-nya ia mulai membuka matanya perlahan menatap lekat Mauryn sedari tadi cowok itu sudah bangun namun ia masih ingin memeluk Mauryn. Wajah Mauryn seketika memerah, ia malu pasti Vano mendengar dan merasakan apa yang Mauryn lakukan sebelumnya.

"Apasi Van demen banget goda gue,"

"Goda elo seru tauk, lagian gue emang beneran ganteng kan," Vano mencolek pipi Mauryn.

"Ih jangan colek - colek dikira gue sabun colek,"

"Tapi gue ganteng kan terus apa tadi, gemess."

"Ganteng dari bojong gede iya!" Elak Mauryn. "Lo gak apa - apain gue kan semalem?" Mauryn melirik dada bidang nan kokoh milik Vano.

"Pengennya sih apa - apain tapi kata mama gak boleh," guraunya membuat Mauryn berdecak. "Gue kalo tidur kebiasaan topless sans gak usah mupeng juga,"

"Mupeng pala lo," Vano terkekeh.

Vano menumpu kepalanya dengan tangannya menghadap Mauryn.
"Rynn..."

"Hmm? Apaan?"

Vano menetralkan detak jantungnya yang sedari tadi berdetak kencang, apa mungkin ini saatnya ia menyatakan perasaannya?

"Gue pengen ngomong sama elo Ryn," Vano menatap serius Mauryn.

"Sok atuh ngomong orang gue disini,"

"Jadi gue..." Vano terdiam sesaat "Hmm.." Mauryn masih menanti perkataan Vano.

"Jadi gue pengen kasih tau lo..." ujarnya ragu.

"Kasih tau apaan Van?"

"Gue...."

Drrttt... Drrtttt...

Vano ingin membuka suara tapi sudah tersela oleh getaran ponsel milik Mauryn "Bentar ya Van gue angkat dulu takutnya penting," Vano mengangguk kikuk padahal kurang sedikit lagi ia mengungkapkan perasaanya.

"Apa?! Beneran?? Mauryn perlu kesana gak mah?" Pasti dari ibunda Mauryn lelaki itu memperhatikan Mauryn yang terlihat cemas "Iya ma iya aku nurut, mama jaga kesehatan juga ya disana, aku aman kok disini dijagain Vano." Mauryn menutup sambungan telponnya.

Tell Me Your Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang