Happy Reading—————
Vano menggandeng Mauryn erat, sembari menggeret kopernya. Ya, hari ini adalah hari kepergian Vano ke negara paman sam. Hari yang bukan dinantikan Mauryn sama sekali.
Bandara Soekarno Hatta terlihat lenggang tidak begitu ramai, Vano dan Mauryn duduk diruang tunggu menunggu gate penerbangan Vano dibuka setengah jam lagi. Hanya Mauryn yang mengantar Vano karna itu permintaan Vano sendiri.
Vano merapatkan cardigan Mauryn malam ini cuaca dingin hujan deras diluar sana. Mauryn hanya diam merenung. Vano menyadari Mauryn yang murung daritadi ia tahu gadis itu bersedih mengenai jarak yang akan memisahkan mereka ia harus mampu melewati semuanya.
"Sayang jangan diem dong," Vano merangkul Mauryn.
"E-engga, aku agak ngantuk aja! Kamu sih ambil penerbangan malem," elaknya, gimana Mauryn mau mengantuk dari kemarin saja ia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan hari ini.
Vano menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah cantik gadisnya "Inget hati aku cuma buat kamu," Tatapan teduh Vano mengunci Mauryn.
Mauryn memandang mata yang selalu berhasil menghipnotisnya jatuh ke dalam pesona seorang Devano.
"Aku tau Vano," jawab Mauryn tersenyum "Kamu kabarin aku terus ya disana,"
"Aku gak bisa janji akan kabarin kamu terus karena disana aku mau fokus," Mauryn menghela napasnya.
"Kalo gitu kamu harus cepet selesaiin sekolah kamu terus jadi pembisnis hebat biar cepet pulang kesini lagi!" Mauryn mencoba tersenyum.
"Aku janji sayang aku bakal wujudin itu semua dan satu lagi selama aku tinggal kamu jangan lirik - lirik cowok lain lho ya!" Seru Vano.
"Harusnya aku yang bilang gitu! Disana kan banyak bule - bule cantik apalagi pakaiannya banyak yang terbuka gak kayak disini, awas kamu aneh - aneh!" Dengus Mauryn.
"Selera aku ya kamu sayang," Vano menjawil hidung Mauryn.
Terdengar panggilan penerbangan Vano diumumkan bahwa gatenya telah terbuka kini waktunya ia pergi.
Mauryn dan Vano beranjak masuk ke bagian dalam bandara sebelum itu Vano memeluk gadis beraroma vanila itu.
"I Love you Mauryn"
"I love you more," jawab Mauryn parau.
Mauryn menahan air matanya tak mau Vano melihat keadaannya yang menyedihkan Mauryn harus bisa mendukung Vano jika ia menangis hanya akan memberikan kesan tak rela pada lelaki itu.
Memangnya ada yang rela melihat belahan jiwanya akan meninggalkannya?
Mauryn melepaskan pelukan mereka lalu mengecup bibir Vano penuh rasa cinta dan rindu.
"Goodbye kiss," ucap Mauryn senyumnya lirih.
Vano membelai surai Mauryn. Memandang lekat gadisnya merekam semua memori gadis cantik dihadapannya ini untuk terakhir kalinya.
Panggilan penerbangan Vano terdengar kembali, Vano harus segera pergi.
Vano menoleh kepada Mauryn gadis itu hanya mengangguk tersenyum mengkibaskan tangannya menyuruh Vano untuk segera masuk.
Koper - koper Vano dimasukkan ke dalam mesin X-ray memeriksa barang bawaan penumpang. Setelah itu Vano melambaikan tangannya menghilang dibalik pintu menuju maskapainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Secret (END)
Novela Juvenil"Kenapa liatin gitu, terpesona ama kecakepan gue?" -Vano Menjadi siswi baru di SMA Permata membuat Mauryn memiliki kesan yang tak terlupakan saat sekolah, terutama ketika ia selalu berhadapan dengan Vano badboy pentolan sekolah yang selalu mengusik...