Happy Reading...—————
mengenai kisah hidupnya, Mauryn jadi mengerti mengapa lelaki itu sangat menutup rapat rahasianya.
Terlalu pahit, terlalu sakit, terlalu menyedihkan.
Meski perasaan Vano selalu perih ketika mengingat masa lalu menyakitkannya, setelah bercerita pada Mauryn ia merasa lebih baik seakan beban dipundaknya berkurang walau sepenuhnya tidak sembuh.
Berbagi keluh kesah sepertinya tidaklah begitu buruk, mungkin itu yang dirasakan Vano sekarang. Lelaki itu menggenggam Mauryn erat seakan takut gadis itu pergi darinya.
Sudah mulai tengah hari cuaca yang awalnya mendung kini mulai mengeluarkan sinarnya kembali bak mengerti perasaan Vano yang telah membaik. Mereka menyusuri jalanan setapak yang dilewati berharap mereka bisa kembali atau ditemukan.
"Guk!! Gukk!! Gukkk!!" Suara anjing menggonggong yang nyaring.
"Vano!!! Mauryn!!!"
Kedua anak manusia yang dipanggil itu membelalak senang, mereka ditemukan!
"Tolongg!!! Kami disini!!!!" Teriak Mauryn.
Sekumpulan orang berseragam oranye terlihat dari kejauhan. Beberapa dari mereka membawa anjing pelacak.
"Woyyy disinii!!!" Vano melambai - lambaikan tangannya.
Tim SAR serta anak buah papa Mauryn bergegas menghampiri keduanya.
"Syukurlah kalian ketemu!!" Ucap seorang tim penyelamat.
"Kalian ada yang terluka? Biar kami tangani" Tanya tim medis.
Keduanya menggeleng "Kita tidak terluka, bisa tidak kita langsung kembali saja?" Ujar Mauryn. Sungguh rasanya sudah lelah dan lengket menyerang tubuhnya ia hanya ingin pulang.
Perjalanan untuk pergi ke pusat camp menghabiskan waktu 1 jam, cukup lama memang tapi itulah yang harus ditempuh.
Sejam berlalu para tim penyelamat kembali, Soraya yang menunggu cemas berdiri dari duduknya. Mauryn langsung berlari begitu nampak keluarganya menunggu.
"Mama!!!" Mauryn memeluk mamanya.
Marcel dan papa Mauryn ikut memeluk Mauryn.
Vano menatap keluarga kecil itu iri. Rasa yang tak pernah ia rasakan.
Soraya tersadar Vano memandangi mereka, ia menarik tangan Vano untuk ikut ke dalam pelukan bersama.
"Engg- " Vano tidak bisa menolak keluarga Mauryn sudah mendekapnya erat.
Mungkin jika dibayangkan mereka sudah seperti adegan film anak - anak Teletubbies.
Keluarga Mauryn mengedurkan pelukannya. Malik mengusap puncak kepala putrinya "Kamu gak apa kan nak?"
"Aku gak apa Pa disana ada Vano jagain aku,"
"Terima kasih nak Vano, om tahu kamu pasti jaga Mauryn," Malik mengusap pundak Vano.
"Gak perlu gitu om, tanpa diminta saya akan selalu jaga Mauryn," Vano tersenyum.
"Kamu ada yang luka gak Vano? Tante obatin ya?" Tanya Soraya.
"Alhamdulillah aku gak apa tan,"
Marcel memeluk Vano "Bro thanks banget udah balikin adek gue! gak salah gue percaya sama lo!"
"Kek apa aje si lu, udahlah," Vano terkekeh.
Soraya tersenyum "kita siap - siap pulang ya sekarang,"
"Iya mah" jawab Mauryn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Secret (END)
Teen Fiction"Kenapa liatin gitu, terpesona ama kecakepan gue?" -Vano Menjadi siswi baru di SMA Permata membuat Mauryn memiliki kesan yang tak terlupakan saat sekolah, terutama ketika ia selalu berhadapan dengan Vano badboy pentolan sekolah yang selalu mengusik...