🔞 Warning! Part ini mengandung adegan kekerasan, mohon kebijakannya dalam membaca.
Happy Reading...
—————
Suara kicauan burung berirama merdu saling bersaut - sautan menyambut mentari pagi. Seorang laki - laki tampan terusik dari tidurnya, ia membuka matanya gadis yang ada dipelukannya semalam menghilang. Vano bangun dari tidurnya mendapati dirinya sudah terbalut hoodienya yang sudah mulai kering meski agak lembab.
Dimana gadisnya? Mauryn tidak tampak dipenglihatan Vano membuatnya panik. Vano bergegas keluar mencari - cari keberadaan Mauryn.
"Maurynnn!"
Tidak ada jawaban. Hanya ada pepohonan dan semak belukar.
Seseorang menepuk pundak Vano membuat tersentak kaget "Rynn!!".
"Hahahaha, wajah kamu lucu bangett," Mauryn tertawa melihat reaksi pacarnya.
"Oh gitu? Okee," Vano langsung mepiting leher Mauryn mengecup bibir gadisnya berulang kali.
Cup! Cup! Cup!!
"Ampun gak kamu sayang," Vano terus menyerang bibir ranum Mauryn.
"Iya Hahaha! Ampun!!"
Vano melepaskan Mauryn berganti memeluk gadis itu "Kamu jangan bikin aku senam jantung pagi - pagi begini dong Ryn," Mauryn tadi hanya pergi membasuh wajahnya di mata air dekat pondok.
"Maaf Van, kamu kaget ya aku kagetin tadi,"
Vano memundurkan kepalanya mereka saling menatap satu sama lain.
"Bukan aku gak kaget soal itu, aku tadi takut waktu bangun gak ada kamu disisi aku,"
Mauryn seolah terhipnotis, tatapan dalam Vano membuatnya jatuh semakin dalam pada lelaki itu.
Vano mengusap kepala Mauryn lalu mengecup kening gadis itu "ayo kita siap - siap cari jalan pulang," Mauryn tersenyum mengangguk.
Keduanya berjalan pergi kembali ke pinggiran sungai menyusuri kembali sungai itu berharap dapat kembali ke tempat semula mereka jatuh.
Kedua insan itu saling bergandengan erat takut akan terpisah satu sama lain. Jalan setapak dipinggir sungai terus mereka telusuri, jalan yang kian menanjak membuat energi keduanya cukup terkuras.
"Kita istirahat sebentar dulu disini, kamu udah mulai kecapekan," ucap Vano membantu Mauryn duduk didahan pohon tua "Kamu mau minum atau camilan sayang?"
"Mau minum aja," Vano memberikan tumbler air Mauryn "Makasi Van,"
"Kayaknya kita keseret agak jauh kemarin ngeliat deresnya sungai begini," Vano menatap aliran deras sungai yang kian deras.
"Semoga kita bisa ditemuin," ucap Mauryn "Pasti mama, papa, kak Marcel sedih nyariin aku," lirihnya.
"Pasti kita ketemu mereka lagi nanti," Vano tersenyum "Kamu yang semangat dong katanya mau pulang,"
Mauryn mulai melengkungkan senyumnya Vano memberinya kekuatan untuk semangat. Sejenak mereka melepas penat Mauryn mengadah memandang langit diatasnya kapas - kapas putih yang menghiasinya menunjukkan guratan berwana gelap.
Keheningan melanda keduanya, Mauryn memandang Vano, wajahnya menunjukkan kesenduan lelaki itu tampak murung.
Selama ini Vano selalu ada untuknya menghiburnya menyemangatinya, ia terkadang merasa bersalah karena kurang mengerti Vano tapi apa boleh buat lelaki itu sangat anti membahas permasalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Secret (END)
Roman pour Adolescents"Kenapa liatin gitu, terpesona ama kecakepan gue?" -Vano Menjadi siswi baru di SMA Permata membuat Mauryn memiliki kesan yang tak terlupakan saat sekolah, terutama ketika ia selalu berhadapan dengan Vano badboy pentolan sekolah yang selalu mengusik...