42. D - Day [END]

319 7 0
                                    

Happy Reading
.
.
.

Sore hari ini tangan lentik Mauryn berkutat brush nya memoles make up ke wajah cantiknya, ia jarang bermake up tebal jika tidak acara penting seperti hari ini.

Mauryn menoleh ke arah Vano yang masih nyenyak dialam mimpi diatas ranjang apartementnya. Gadis itu mulai duduk disamping Vano berniat membangunkan dari tidur siangnya.

"Van Vano! Ayo bangun keburu kesorean ntar telat," Mauryn menggoyangkan tubuh besar Vano. Pria itu hanya melenguh tak berniat membuka matanya.

"Bangunn! Vannn!!" Bukannya bangun Vano menarik tubuh Mauryn ke pelukannya.

"Nanti aja sayang," Vano dengan suara seraknya.

"Kita ditungguin keluarga besar loh!"

Malam nanti keluarga besar Mauryn dan Vano akan mengadakan acara makan malam bersama mengingat mereka berdua akan menikah kedua keluarga akan bersilahturami dan membahas rencana pernikahan.

"5 menit sayangg," rengek Vano mendekap erat Mauryn.

"Ih Van!! Make up aku!!" Mauryn berusaha menghindarkan wajahnya, ia sudah bersusah payah tampil menawan mengikuti tutorial makeup youtube kesukaannya.

"Mau gak make upan tetep cantik kok," gumam Vano masih terpejam.

"Gak bangun berati gak jadi nikah nih?"

Ancaman Mauryn berhasil membuka mata Vano lebar - lebar ia terjaga sudah dari bobo cantiknya. Vano mendengus, hari ini sebenarnya ia ingin berduaan saja dengan Mauryn tapi ada acara makan malam keluarga yang harus mereka lakoni.

🌷🌷🌷

Suasana restoran mewah ini begitu apik nan nyaman. Dentingan sendok dan garpu saling bersaut - sautan, seluruh orang dimeja makan dengan nikmat. Tak lama kemudian kegiatan makan bersama usai dilanjutkan dengan pembahasan pernikahan Mauryn dan Vano. Sudah berkumpul kedua keluarga, dari pihak Vano hanya om Rizki dan istrinya yang hadir mengingat hanya mereka yang Vano miliki.

"Makan yang banyak Van, ini menunya kesukaan kamu lho," ujar Soraya, mama Mauryn sudah berdamai dengan keadaan ia menyadari Vano juga korban dari ayahnya. Toh selama ini Vano sudah dianggapnya anak sendiri.

"Makasih ma Vano udah kenyang kok," Vano mulai membiasakan diri memanggil orang tua Mauryn mama - papa karena suruhan Soraya.

"Oma juga, aku pesenin teh tarik panas kesukaan oma ya?" Puspita mengangguk mengenai tawaran anaknya Soraya.

Puspita - oma Mauryn memandang Vano dari atas hingga bawah menilai, oma Mauryn tadi siang sampai di Jakarta mendengar cucu kesayangannya akan diperistri Puspita menjadi overprotective ia hanya ingin yang terbaik bagi sang cucu.

"Jadi kamu kerja apa?" Tanya Puspita ketus.

Vano menelan ludah, aura oma Mauryn sangat mengintimidasinya.

"Saya pembisnis seperti papa Mauryn oma," jawab Vano berhati - hati.

"Lulusan mana?"

"New York University oma,"

"Sudah punya rumah sendiri?"

"Sudah ada oma, rumah sesuai keinginan Mauryn,"

"Bagus, setidaknya saya tau kamu mapan finansial, saya gak mau cucu saya kekurangan atau jadi orang susah jika hidup sama kamu," Oma Mauryn membenarkan letak kacamata yang bertengger dihidungnya.

"Oma..." Mauryn mengingatkan. Gadis itu tau omanya akan berperilaku begini.

"Gapapa sayang, terima kasih oma,"

Tell Me Your Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang