21. Father

106 3 0
                                    



Happy Reading...

—————

enjadi semakin gelap rintikan air yang turun seakan tahu keadaan yang terjadi. Kini dua orang pria berbeda usia itu berada teras depan rumah Mauryn. Keheningan menyelimuti keduanya saling membisu tak ada yang memulai pembicaraan.

Tak ada yang mau memulai keduanya kalut dalam pikiran mereka masing - masing. Mencerna hubungan mereka masih pantaskah diperjuangkan sebagai ayah dan anak.

Awalnya Vano menolak keras kehadiran ayahnya bahkan berniat mengusirnya seperti apa yang selalu ia lakukan ketika menemui Rudi namun Mauryn terus membujuk Vano hingga akhirnya Vano mengiyakan memberikan kesempatan untuk berbicara empat mata.

Rudi menatap anaknya intens, rasa bersalah kepada Vano terpancar diwajahnya. Sudah setahun terakhir semenjak Rudi keluar dari penjara ia tersadar akan kesalahannya, berulang kali ia berniat menemui Vano berulang kali pula ia mendapat balasan tak menyenangkan yang diperoleh dari sang putra.

"Maafkan ayah Vano, Ayah menyadari semua kesalahan ayah,"

Sudah beribu kali kata maaf terucap oleh Rudi semua hanya angin lalu bagi Vano.

Vano tidak bergeming rasanya terlalu menyakitkan melihat pria yang berstatus ayahnya ini melakukan perbuatan kejinya dahulu.

Sakit hati Vano masih membekas dan perih.

"Anda bukan ayah saya." Ucap Vano datar.

"Tapi ayah tetap ayah kandungmu nak kamu darah daging ayah," saut Rudi getir.

Vano bangkit dari duduknya ia berdecih.

"AYAH SAYA SUDAH SAYA ANGGAP MATI!!!SEBAGAIMANA ANDA MEMBUAT IBUNDA SAYA BUNUH DIRI!" Teriak Vano, napasnya memburu matanya memancarkan amarah .

Suasana semakin menegang Mauryn menutup mulutnya terkejut gadis itu sedari tadi mengamati keduanya dari jendela ruang tamu, bukannya ia bermaksud untuk menguping tetapi ia takut Vano akan berlaku kasar pada ayahnya nanti.

"Maafkan ayah.. ayah gak pernah bermaksud membuat kalian menderita,"

"Cih!! Gak bermaksud katamu? Setiap hari anda nyakitin bunda!! Selalu berbuat ulah bikin masalah dan selalu nyakitin orang lain!! Dasar kriminal!"

"Ayah mengaku ayah berbuat kesalahan dan dosa waktu dulu Devano.. ayah mohon, maafkan ayah, itu hanya satu permintaan ayah,"

"Saya gak sudi memaafkan orang seperti anda!! Orang seperti anda tidak pantas dimaafkan sampai anda mati!!!"

Pranggg!!!

Vano melempar vas bunga dimeja, Rudi hanya menunduk dalam. Buah hati satu - satunya memmbenci dirinya.

Mauryn beranjak dari posisinya menghampiri Vano ia tidak bisa tinggal diam. Vano sudah marah hingga ubun - ubun daripada terjadi yang tidak - tidak Mauryn segera menghampiri Vano.

"Vano kita masuk ke dalem aja yuk kamu udah capek kayaknya," rangkul Mauryn. Vano diam menuruti Mauryn masuk ke dalam.

"Ayah nanti hubungin kamu lagi ya nak," ucap Rudi pelan yang tidak dihiraukan Vano.

"Om maaf ya sikapnya Vano."

"Gak apa nak udah biasa, kamu siapa namanya?"

"Nama saya Mauryn om,"

"Mauryn terima kasih ya setidaknya tadi Vano sudah mau mengobrol sedikit dengan om," Rudi tersenyum lirih.

"Bukan apa - apa om, sebelumnya maaf saya gak bermaksud ikut campur tapi untuk saat ini om lebih baik cari waktu yang pas buat ngobrol serius sama Vano," saran Mauryn.

Tell Me Your Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang