11. City Lights

109 6 0
                                    



Happy Reading...

—————

Kini mereka telah berada di mobil, perut mereka pun juga telah terisi lalu melanjutkan perjalanan pulang. Gemerlap langit Jakarta yang dipenuhi cahaya dari gedung - gedung pencakar langit memberikan kilauan yang menghiasi ibukota. Sudah lama Mauryn tidak merasakan suasana Jakarta yang cukup lama ditinggalkannya.

"Jakarta makin bagus ya sekarang," ujar Mauryn, matanya tak terlepas dari kilauan gemerlap cahaya malam ini.

"He'em tapi ya gitu, macetnya gak berubah" Vano terkekeh,  "Berati waktu SMA ini pertama kali lu balik ke Jakarta?" lanjut Vano.

Mauryn mengangguk "iya udah lama banget, gue aja gak apal jalanan di Jakarta."

"Kalo gue tinggalin lu disini gue yakin deh elo gak bisa baliknya Hahaha," gurau Vano yang dibalas cibiran oleh Mauryn.

"Dih rese amat,"

Mata Mauryn berbinar menatap kilauan pesona Jakarta malam ini. "Van itu gedung apa? Tinggi banget keren deh," tunjuk Mauryn ke salah satu gedung mewah. Vano menoleh sekilas.

"Itu apartemen mewah gitu," jawabnya.

"Gue inget dulu waktu kecil pengen banget punya apartemen yang punya pemandangan Jakarta dan gue nunjuk gedung itu juga," Mauryn tersenyum mengingat memori masa kecilnya.

"Lo tinggal minta bokap nyokap lo gue yakin bakal dikasih,"

"Mana seru minta mulu, gue pengen usaha sendiri terus gue juga pengen deh nanti kerja disalah satu gedung tinggi di Jakarta," saut Mauryn, Vano hanya terkekeh mengangguk.

Sembari menyetir Vano melirik Mauryn sesekali, Mauryn yang merasa diperhatikan menjadi bingung. "Kenapa ngeliatin gue gitu daritadi?" Tanya Mauryn.

"Gue mau ngecek buat mastiin aja lo gak kenapa - kenapa lagi," jawaban Vano membuat Mauryn tersenyum sipu.

Duh apaan sih Ryn kok salting, batin Mauryn. Ia menggeleng - gelengkan kepalanya.

Vano melihat kelakuan Mauryn ia menjadi heran. "Kenapa Ryn? Sakit lagi?"

"Eh? Engga kok," jawab Mauryn gugup, ia berdehem menetralkan rasa gugupnya. "Ecieee perhatian nih yeee" canda Mauryn, ia menggoda Vano untuk menutupi rasa saltingnya.

"Dih, ge'er banget, gini ye kalo elu sakit lagi yang repot sape kalo bukan gue?" Cibir Vano.

"Biarinnn, keknya gue punya hobi baru deh,"

"Apaan?"

"Hobi baru gue ya nge-resein elo lah Hahahaha," Mauryn tertawa.

"Dih nyesel gue dengerinnya, awas ye lu," Vano tersenyum.

Didalam mobil mereka berdua mengobrol tentang banyak hal, rasanya menyenangkan. Mauryn pun teringat pada waktu sesaat Vano mengantarnya pulang ia melihat dari jendela kamarnya ada pria paruh baya ke rumah Vano dan mereka sempat ribut tetapi Mauryn tidak dapat melihat siapa pria itu karena wajahnya tidak terlihat jelas.

"Van waktu kapan lalu gue liat ada bapak - bapak ke rumah lo, itu siapa? Keknya bukan om Rizki deh." Tanya Mauryn.

"Kapan? Gak ada, Gue lupa," bohong jika Vano mengatakan ia tidak ingat siapa pria itu.

"Sorry sebelumnya tapi kalian sempet ribut gitu, masa lo gak inget?" Disaat yang bersamaan dengan pertanyaan Mauryn, kini mereka telah sampai di rumah.

"Ryn lu cepet pulang gih dah malem takut dicariin ntar," Vano tak menanggapi pertanyaan Mauryn. Ia tak suka pembahasan ini.

Tell Me Your Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang