13. Rival

128 6 0
                                    



Happy Reading...

—————

Hari mulai sore langit yang tadinya cerah kini berubah menggelap, Marcel menyandarkan tubuhnya disamping pintu kelas Mauryn ia menunggu adiknya keluar dari kelasnya. Tak lama kemudian pun Mauryn datang.

"Kak? Udah lama ya? Maaf ya tadi aku nyalin catetan sebentar."

"Gapapa dek, kamu mau nemenin kakak dulu gak? Kakak soalnya mau ngelatih junior basket sebentar," ucap Marcel. Sebagai kapten basket SMA-nya ia sangat berperan penting dalam timnya.

"Bukannya biasanya coach kakak yang ngelatih?" Tanya Mauryn.

"Coach tadi ada urusan mendadak anaknya sakit gitu," Mauryn sebenarnya ingin pulang saja, ia ingin berleha - leha dirumah. Raut wajah Mauryn berubah masam.

"Yah kak, aku pengennya pulang," gerutu Mauryn.

"Sorry dek," Marcel mengusap kepala adiknya.

"Biar Mauryn sama gue aja kak," ujar Zidan muncul dari kelas.

"Zidan? Weh sejak kapan lu disini?" Marcel bertos ria Zidan khas anak laki - laki pada umumnya.

"Baru - baru ini kok kak," ujar Zidan tersenyum. Marcel memperhatikan penampilan Zidan yang mengenakan seragam yang sama dengan sekolahnya.

"Pindah sini lo?" Tanya Marcel.

"Iya kak ikut bokap dinas, btw biar gue anter aja Mauryn kasian dia pengen pulang, abis ini aku pesenin taksi ya Ryn?" Zidan ingin menjadi lelaki sigap untuk Mauryn ia ingin menemani dan menjaga gadis itu.

"Bareng gue aja Ryn," saut seorang lelaki mendekati mereka.

"Lo siapa?" Tanya Zidan.

"Kenalin gue Vano, pentolan murid cakep disini," tukas Vano songong menatap tajam Zidan.

"Kebiasaan... pede bener," cibir Mauryn.

Marcel merasakan atsmofer pertikaian yang akan terjadi diantara para teman - temannya, ia memutarkan bola matanya malas "Terserah deh siapa mau anter adek gue, pokoknya dia ditemenin dan baliknya juga selamet, gue udah tungguin nih yaudah gue ngelatih dulu, see you dek ati - ati kalo pulang," Marcel menggeleng - gelengkan kepalanya, lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Aku anter kamu aja Ryn biar aman," ujar Zidan meyakinkan Mauryn.

"Mauryn biasanya pulang ama gue kalo Marcel gak bisa anter, lagian kelamaan nunggu taksi jam segini macet terus keburu ujan juga," saut Vano tak mau kalah.

"Justru karna mau ujan mending naik taksi bareng aku aja Ryn," sungut Zidan menatap tajam Vano. Nih orang sape sih mana sok lagi, batin Zidan.

Vano dan Zidan saling bertatapan tajam seolah - oleh ada laser yang menyala dimata mereka. Mauryn menatap mereka malas.

"Kalo kalian berdua ribut mulu gue kapan pulangnya?" Tukas Mauryn.

"Yaudah yuk balik," Vano menggenggam tangan Mauryn.

"Eh? Yaudah deh.. Dan aku pulangnya bareng Vano aja udah biasa juga sama dia searah lagi," ucap Mauryn. Mendengar jawaban Mauryn, Zidan hanya tersenyum kecut berbanding terbalik dengan Vano yang tersenyum serasa habis menang perlombaan.

Tell Me Your Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang