Happy Reading—————
6 Tahun kemudian...
Waktu terus bergulir cepat dari hari ke bulan dan bulan ke tahun. Banyak yang terjadi dalam selang waktu yang lama, sama halnya kisah asmara Mauryn.
Ditinggal kekasih menempuh pendidikan dibeda benua bukanlah hal mudah. Awalnya semua berjalan lancar hingga semua tak jelas keadaannya.
Kini tak terasa sudah 6 tahun berlalu.
Mauryn mengaduk minuman bobanya tak semangat ia merenung mengingat kenangan yang dahulu telah ia lewati tanpa Vano berputar kembali dikepalanya.
5 bulan pertama...
"Sayang lihat aku ada ditimes square! Disini keren banyak gedung tinggi pasti kamu suka!" Vano menunjukkan dirinya berada ditengah keramaian New York.Mauryn menatap ponselnya tersenyum lebar "Pacar aku asik banget bisa keliling New York! Aku juga mau!" Mauryn berpura - pura memanyunkan bibirnya.
"Kamu kalo kesini harus coba ke Central Park disana seru ada Zoo juga," Vano bercerita antusias.
"Ketemu hewan madagascar gak disana? Sambil nyanyi I like to move it move it" Mauryn terkekeh mengingat film kartun Madagascar yang menceritakan hewan kocak dari Central Park Zoo New York.
Vano tertawa "Nanti aku coba deh cari siapa tau ketemu Alex si singa ntar aku ajak foto!"
Waktu begitu terasa tak menyenangkan lagi semenjak Vano tak menemaninya lagi. Komunikasi yang mereka lakukan masih lancar pada awalnya masih rajin mengirim pesan, menelpon, dan tak jarang video call. Vano masih berusaha menyisihkan waktu untuk mengabari Mauryn.
Tahun pertama...
Vano tidak bisa selalu Video call ia mulai aktif mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa dan project yang ia lakukan untuk menunjang prestasinya.Ditengah kesibukannya Vano terkadang bertelepon dengan Mauryn saling bertukar rindu dan kabar.
Selain itu Ayah Vano keadaannya semakin memburuk, Mauryn diam - diam merawat Rudi ia tidak mau mamanya marah bahwa ia peduli dengan ayah Vano.
Hingga tiba akhirnya Rudi mengehembuskan napas terakhirnya dengan tenang. Pemakaman ayah Vano dibantu bersama keluarga Mauryn dan om Rizki selaku adik iparnya, meski mama Mauryn membenci Rudi mulanya, ia pun merasa iba dan mulai merelakan semuanya.
Vano? Hatinya begitu terpuruk, ia tak bisa datang ke acara pemakaman ayahnya sendiri, ia ingin kembali ke Indonesia namun tanggung jawabnya disana besar apalagi ia mahasiswa dengan beasiswa penuh. Vano hanya bisa menatap nanar layar laptopnya disana ayahnya terbujur kaku diliang lahat.
Hati Mauryn terasa tersayat melihat Vano bersedih tanpa ada dirinya disampingnya, gadis itu mencoba selalu menemani Vano walaupun sebatas virtual.
"Ayah kamu sudah ditempat yang lebih baik disana bersama bundamu Van," Mauryn menatap Vano sendu dibalik layar ponselnya.
"Aku tahu hari ini akan tiba Ryn, tapi rasanya tetep berat... semuanya berat terutama aku gak disana..." Vano mengusap wajahnya kasar, buliran air matanya sudah berulang kali jatuh.
"Heyy, it's okay.. kamu disana juga untuk membanggakan kedua orang tua kamu juga kan? Mereka pasti bangga dan seneng diatas sana,"
Penuturan Mauryn membuat Vano sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
"Thank you Mauryn, I'll be back someday sayang" lirih Vano.
Tahun kedua...
Lama Mauryn berpisah dengan Vano, keduanya larut dalam kesibukan masing - masing Mauryn sudah kelas 12 waktunya fokus untuk menjalani apa yang akan ia tempuh dalam pendidikan tinggi kedepan. Sedangkan Vano sudah sering menghilang sangat jarang membalas pesan Mauryn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Secret (END)
Fiksi Remaja"Kenapa liatin gitu, terpesona ama kecakepan gue?" -Vano Menjadi siswi baru di SMA Permata membuat Mauryn memiliki kesan yang tak terlupakan saat sekolah, terutama ketika ia selalu berhadapan dengan Vano badboy pentolan sekolah yang selalu mengusik...