Happy Reading...—————
Jam pulang sekolah berdering sejak 15 menit yang lalu namun Marcel kakaknya belum juga keluar dari ruang guru sebagai kapten basket yang timnya akan mengikuti perlombaan tentu membuat Marcel sibuk mengurus ini itu. Mauryn yang sudah jenuh menunggu kakaknya sedari tadi dibangku koridor pun juga mulai lelah ia hanya ingin pulang ke rumah.
"Lama banget kak Marcel," Mauryn menggoyang - goyangkan kakinya bosan.
Pintu ruang guru akhirnya terbuka, Mauryn dengan sigap berdiri berharap itu adalah kakaknya namun sayangnya itu bukanlah sang kakak melainkan Vano membuat Mauryn semakin cemberut.
"Mauryn? Belom pulang nungguin abang lo ye,"
"Iya, sebel banget lama! Gue pengen banget balik capek tau," gerutu Mauryn.
"Nape lu ngomong begitu? Berharap gue peka terus nebengin elo gitu kan," Vano menyisir rambutnya dengan gaya songongnya.
"Cih sok ganteng banget nih reog! Sono pergi!" Mauryn memukul pelan lengan Vano.
"Galaknya keluar tuh," Pertengkaran mereka bagaikan kucing dan anjing yang selalu ribut setiap waktu.
"Vano?" Vano dan Mauryn pun menoleh mengehentikan aktifitas saling mengejek mereka. Ternyata Melisa gadis yang sewaktu itu mendekati Vano.
"Paan Mel?" Saut Vano malas.
"Gue minta tolong anterin gue dong, gue bingung naik apa udah sore juga... gue takut pulangnya kemaleman," Melisa memelaskan wajahnya dan melembutkan gaya bicaranya. Bukannya Vano kasian justru lelaki itu malas meladeninya.
"Gak bisa Mel gue pulang ama Mauryn," Mauryn yang namanya disebut pun mendelik ke arah Vano.
Lelaki itu mendekatkan diri ke Mauryn, kemudian membisikan "Lo pengen pulang kan? Dan gue juga pengen kabur dari nih ratu ular," ujarnya pelan.
"Abang gue gimana?" tanya Mauryn.
"Udah tenang ntar gue kabarin dia, lagian tuh anak bakal lama,"
Melisa yang merasa terkacangi menjadi kesal melihat kelakuan mereka "Kalian kok malah bisik - bisik sih?!"
"Sorry ya Mel, kita duluan," ujar Vano menggandeng Mauryn.
"Loh gue gimana Van?!" Vano tidak menghiraukan Melisa.
Hingga sampai diparkiran Mauryn memandangi tangannya yang digandeng oleh Vano. Lelaki yang menggandengnya pun tersadar sontak melepaskan tangan Mauryn. Rasanya sedikit awkward diantara mereka.
Vano berdehem lalu menaiki motornya, "Yuk cabut, lo bawa jaket kan kalo naik motor?"
"Rok gue panjang kok ini daripada yang waktu itu, udah yuk balik,"
"Oke kalo gitu," Mauryn naik keatas motor, mereka pun pergi pulang.
Disepanjang perjalanan mereka bergurau seolah tidak beban dengan riang. Hingga tak terasa hari mendung gelap disertai gerimis. "Van kayaknya mau ujan nih lo ati - atinya nyetirnya,"
"Tenang serahin ama a'a," gurau Vano dibalik helm fullface nya Mauryn terkekeh.
Bukannya semakin reda dari semulanya gerimis kini malah mulai deras Vano pun meminggirkan motor besarnya dipinggiran taman yang terdapat pondok untuk duduk - duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Secret (END)
Novela Juvenil"Kenapa liatin gitu, terpesona ama kecakepan gue?" -Vano Menjadi siswi baru di SMA Permata membuat Mauryn memiliki kesan yang tak terlupakan saat sekolah, terutama ketika ia selalu berhadapan dengan Vano badboy pentolan sekolah yang selalu mengusik...