28. I'm here

94 4 0
                                    



Happy Reading...

—————

Kaki Marcel terasa lemas ia terjatuh berlutut, tak percaya apa yang ia saksikan, bagai petir disiang bolong adik dan sahabatnya jatuh ke dalam sungai. Marcel mengcengkram leher Zidan mata elang Marcel tak kuasa menahan amarah.

Bugh!! Bughh!! Bughh!!

Zidan diam tak berkutik ia menerima setiap pukulan yang dilontarkan Marcel.

Zidan sadar ini semua salahnya.

"BIADAB LO ZIDAN!! LO BAJINGANN!!!" Marcel terus menyerang Zidan.

Marcel dilerai oleh bapak pemandu, Rania ,dan Iko. "Cell lo emosi gak bisa hadepin ini pake emosi! Lo harus tenang!!" Jelas Rania.

"Adek gue dibawah sana Ran!! Semua gara - gara cowok bangsat kayak Zidan!!!" Ujar Marcel melemas.

"Lo harus kuat buat adek dan sahabat lo Cel!" Tutur Iko.

Rania dan Iko merangkul Marcel untuk duduk sejenak menenangkannya. Bapak pemandu memanggil bala bantuan serta memberikan pengumuman.

Untuk pertama kalinya didepan umum Marcel menitikkan air matanya. Pertahanannya sudah pecah. Rania dan Iko sedari tadi sudah menangis sesenggukan mencoba kuat untuk teman - temannya.

Berita hilangnya Vano dan Mauryn sudah tersebar luas. Kegiatan tengah semester SMA Permata dihentikan, mengevakuasi seluruh siswa siswi yang tidak ada kepentingan dipulangkan demi keamanan dan keselamatan. Kini Marcel dkk telah kembali ke tempat camp awal.

Mendengar putrinya hilang Malik dan Soraya meninggalkan pekerjaan mereka di ibukota bergegas menuju lokasi buah hati mereka. Sebagai ayah Malik tidak tinggal diam ia membawa anak buahnya datang untuk mencari Mauryn dan Vano.

Tak butuh waktu lama kedua orang tua Mauryn sudah tiba ditempat kejadian. Langsung saja Soraya memeluk Marcel putranya. Wajah pucat pasi Marcel sangat mengkhawatirkan.
"Mama disini nak," Soraya mengelus punggung Marcel.

"Maafin Marcel ma, Marcel gak bisa jaga adek," lirihnya.

"Semua pasti bisa kita lewati sayang, Vano disana pasti jaga Mauryn, kita harus berdoa yang terbaik," Soraya mengelus putranya, tak terasa air mata terus mengalir dipipinya.

Malik harus kuat meski hatinya juga hancur, anak istrinya sudah cukup terpuruk ia harus bisa menjadi sandaran dan penopang bagi keluarganya.

"Pak Malik mohon maafkan kelalaian kami," pak Abdi berujar.

"Saya tau hal seperti pasti tidak ada yang menginginkan, tapi saya sangat amat kecewa," guratan kekecewaan melingkupi wajah papa Mauryn.

"Mohon maafkan kami pak," kepala sekolah dan ketua pemandu berulang kali meminta maaf.

"Saya ingin tau bagaimana detail kejadiannya"

Dengan perasaan penuh penyesalan Zidan datang bersimpuh didepan kaki Malik.

"Om tolong salahkan saya! Semua salah saya! Maafkan saya!" Ujar Zidan dengan berlinang air mata, tangannya mencengkram tanah erat.

"Apa maksud kamu Zidan?!"

"Saya gak sengaja mendorong Mauryn om waktu saya dan Vano bertengkar, ketika Vano mau menolong malah mereka kepleset ke bawah, Maafkan kebodohan saya om!" Zidan menunduk dalam.

Malik menatap Zidan tidak percaya, anak lelaki didepannya ini membuat putrinya menghilang. Malik menghela napasnya kasar.

"Kalo om mau pukul saya silahkan om!! rasa sakitnya tidak sebanding dengan kelakuan saya!!!"

Tell Me Your Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang