27. Lost

76 7 0
                                    



Happy Reading...

—————

Seusai sahabat Mauryn menyatakan perasaan padanya. Gadis itu tampak menjaga jarak pada Zidan ia merasa canggung dan tidak nyaman. Coba saja Mauryn tidak melarangnya mungkin Vano sudah bertemu dengan Zidan berbicara empat mata, Mauryn tidak ingin mereka bertengkar.

Mauryn mencoba bersikap biasa saja, ia tidak mau kejadiannya dengan Zidan mempengaruhinya

"Anak - anak ayo baris dulu!! Sebelum kegiatan jelajah hutan pemandu akan memberi arahan dan intruksi untuk kita!!" Ujar pak Abdi.

Mauryn dan Vano baris berdampingan mereka menyimak penjelasan pemandu hutan. Para murid akan menjelajahi hutan sekitar dengan rute yang telah ditentukan.

"Rute hari ini kita akan mulai dari bukit lalu melewati piggir tebing yang terdapat sungai. Ingat dilarang melewati garis kuning! Karna garis itu rawan longsor atau bencana! Sekian" Jelas pemandu hutan.

"Baik anak - anak, tolong dipatuhi perkataan bapak pemandu, silahkan membentuk grup yang terdiri dari 6 orang karna perjalan dilakukan secara bergilir, serta jangan lupa membawa kebutuhan yang diperlukan jika perlu. Bagaimana anak - anak mengerti?" Ujar pak Abdi.

"Mengertiii pakkkk!!" Saut para murid.

Mauryn mengambil tas ranselnya ia bersiap - siap membawa kotak obat alergi, minuman, beberapa makanan ringan sama berbeda dengan Vano yang hanya menenteng botol tumblernya saja, lelaki itu menunggu Mauryn didepan tendanya.

"Kamu gak bawa apa - apa Van?"

"Engga sayang gini aja,"

"Nanti kalo butuh sesuatu gimana?"

"Gapapa sayang, sini tas kamu aku bawain aja," Vano meraih tas ransel Mauryn.

"Aku bawa makanan lebih aja kalo gitu," Mauryn kembali memasukkan beberapa makanan instan ke tasnya.

"Kamu mau mukbang disana?"

"Ya sapa tau laper, kalo laper gak bisa ditunda tau Van!"

"Iya - iya pacar aku kalo laper bisa jadi reog emang," Vano tertawa.

"Ledek aja terus," Mauryn mencebikkan bibirnya, Vano menatap bibir penuh Mauryn.

"Mancing ya? Pengen disosor lagi hm?" Mauryn reflek menggeplak lengan Vano.

"Ssttt apaan sih kamu nanti didenger orang," Mauryn celingukan semoga tidak ada yang mendengar perkataan tidak senonoh dari Devano Hardiansyah.

"Ya gapapa sekalian biar orang - orang tau ya gak," Vano menaik turunkan alisnya.

"Vann ayo!! Udah mau berangkat!" Teriak Marcel.

"Iyeee!!" Saut Vano "Ayo sayang,"Vano menggandeng Mauryn.

Telah terkumpul 5 orang digrup Mauryn terdapat Vano, Iko, Marcel, Rania. Kurang seorang lagi.

"Anak - anak yang lain mana Cel? Kita kurang satu orang," tanya Vano pada Marcel.

"Udah duluan kali, biasa keburu pengen ketemu kembang desa kampung sebelah,"

"Ajib bener, emangnya ada?"

"Kagak tau soalnya gue ngarang," celetuk Marcel.

"Gua gampar juga lu," saut Vano.

Mauryn, Iko, dan Rania hanya tertawa mendengar ke absurd-an kedua sahabat ini. Seorang cowok mendekati grup Vano dan Mauryn lelaki itu tampak seperti biasa seolah tak terjadi apapun sebelumnya.

Tell Me Your Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang