Ercher duduk di undakan tangga teras pondok mendiang kakek penjaga kuda. Andai saat itu Ercher sudah seperti sekarang, pasti ia akan membawa kakek untuk ke ibu kota dan tinggal bersamanya. Mungkin sekarang kakek sudah punya tubuh kuat karena makan yang cukup. Tidak kurus dan ringkih seperti saat itu hanya minum air putih.
Ercher menopangkan tangannya ke lantai teras dan mencondongkan punggung. Mendongak untuk menatap langit malam yang bertebar bintang. Ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Kakek itu mati karena Ercher. Coba saja dia tidak membela Ercher hari itu. ah, bukan. Andai saja Ercher tidak membawa pisau kayu mainan itu.
Semua salah Ercher.
Berkali-kali selama bertahun-tahun Ercher bertanya-tanya. Andai saja ia tidak lahir ke dunia ini, mungkin semua orang akan baik-baik saja. Mungkin ibunya masih akan terus mengembara seperti kata kaisar yang merupakan hobi ibunya itu.
Tetapi saat Ercher bertanya tentang kenapa ia dilahirkan, kemarahan Keir saat ia berusia 5 tahun selalu mampir ke mimpinya. Hari di mana Keir hampir membunuhnya dan berteriak bahwa keberadaan Ercher semata hanya untuk menebus dosa Keir. Pria itu membiarkan Ercher hidup hanya karena dia sudah berdosa membuat Ercher hidup di dunia ini.
Keir yang berdosa karena mengambil Dame Illiphia, harus menebus dosanya dengan membiarkan Ercher hidup dan merawatnya.
Ya. Itu adalah hukuman yang diberikan oleh Baginda Iberich karena Keir berani menodai Illiphia Halleysman. Satu-satunya Dame di kekaisaran Easter. Teman kaisar dan permaisuri. Rakyat biasa yang memiliki darah Easter dan Gipsi. Wanita biasa pertama yang diberikan gelar Dame karena wanita itu meramalkan bahwa Black Saint akan lahir sebagai anak dari Kaisar Iberich.
Ercher tidak mau mengingat cerita bagaimana Illiphia bisa hamil. Kalau ia mengingat itu, maka perasaan ingin mengadili Keir sekarang juga akan menerpanya.
Ah, sial.
“Tuan Putri, Yang Mulia Ein,” gumam Ercher. “Saya bagaimana? Saya mau pulang.”
Tanpa sadar air mata Ercher jatuh menuruni sisi pipinya ke telinga. Ia ingin kembali ke ibu kota. Kediaman Sillabent dan Monsecc bukan rumahnya. Ercher benci tidur, tetapi ia lebih benci lagi tidur di tempat semua mimpi buruknya dimulai.
“Ercher?”
Ercher mendorong tubuhnya ketika mendengar suara Terra. Wanita itu berdiri di depannya dengan pandangan perihatin. Ercher hanya menatapnya dalam diam, tidak berusaha mengusap air matanya yang terjatuh.
Terra melangkah lebih dekat ke undakan bawah tangga berdiri di antara kedua kaki Ercher yang terbuka. Kemudian tangannya terulur menyentuh wajah Ercher untuk mengusap air mata yang mengalir di wajah pria itu.
“Apa rasanya sakit?” tanya Terra. “Perlakuan keluargamu.”
Mungkin Raeliana memang sering bertanya apakah Ercher tidak mau bicara lebih bebas atau tersenyum tanpa beban. Tetapi Terra orang pertama yang bertanya apakah perasaannya sakit.
Ercher hanya bisa diam. Ia tidak bisa mengangguk atau menggeleng. Ercher hanya merasa bahwa hatinya sesak dan nyeri.
“Kau boleh menangis jika mau.” Terra bergerak pelan setelah melepaskan tangannya dari wajah Ercher dan duduk di tangga—tempat di mana kaki Ercher berpijak. “Aku akan menemanimu. Boleh?”
Ercher mengangguk. Untungnya di sini Ercher bertemu dengan Terra. Mungkin ia bisa merasa sedikit aman karena ada yang peduli.
***
Terra mendengkus dengan tawa pelan. Sedangkan Ercher malah menunduk dan bersembunyi di bahunya. Dasar, anak-anak yang terperangkap di tubuh pria dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baron's Heart (Tamat)
Fantasy(Series 3 Easter) // SUDAH TERBIT Setelah meninggalkan Monsecc sejak usia 8 tahun, Ercher nyaris lupa kampung halaman. Bukan. Ercher ingin melupakan kampung halamannya. Namun, Baginda Iberich dan Pangeran Ein memerintahkannya untuk kembali ke rumah...