Chapter 20

714 156 26
                                    

Terlalu banyak masalah hidup, jadi pengen nggak hidup lagi 🥺🥺

Selamat membaca

***

Setelah kejadian di toko kue, Terra tidak bicara pada Ercher sama sekali. Bahkan saat memulai perjalanan pulang pun, Terra tidak mengeluarkan suara.

Terra tidak tahu apa yang terjadi. Ia kesal, marah, dan ingin menangis. Padahal ia sudah menunjukkan ketertarikannya pada Ercher sejauh ini. Tetapi sepertinya tidak akan cukup. Dengan matanya sendiri Terra melihat Ercher mengulurkan tangan pada wanita yang baru ditemuinya, memberikan sapu tangan, lalu mengajaknya berkenalan.

Sedangkan Terra? Ia harus menggunakan berbagai alasan termasuk White agar bisa mendekat pada Ercher.

Siapa nama wanita itu? Ah, benar. Vanilla.

Terra terus membuang pandangan ke luar kaca jendela selama perjalanan. Ia tak berniat melihat wajah Ercher yang duduk di depannya itu. Pria itu bahkan juga diam seolah tidak terjadi apa pun. Hah! Apa Ercher tahu kalau Terra marah?

Hiiisshh!!

Kereta kuda berhenti di depan kediaman Sillabent dan Terra langsung mendobrak pintu kereta tanpa menunggu kusir membukanya dari luar. Ia langsung melompat turun tergesa-gesa. Terra bahkan tidak peduli jika ia tersungkur di batu saat turun dari kereta.

“Nona!” panggil Jeni yang akhirnya juga mengikuti Terra dan sempat melirik pada Ercher yang baru turun dari kereta. Pria itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Ahh, orang yang dingin tanpa ekspresi seperti Ercher itu terkadang memang mengerikan. Jeni jadi tidak tahu apa yang dipikirkannya.

Meninggalkan Ercher, Jeni segera berlari menyusul Terra yang masuk. Kemudian melihat nona itu membuka pintu kamar dan membanting dirinya ke tempat tidur dengan posisi tertelungkup. Terra diam saja. Wajahnya menghilang di permukaan selimut tebal dan lembut itu.

“Anda baik-baik saja?” tanya Jeni saat duduk di sisi Terra sambil mengelus punggungnya. “Apa Anda sangat kesal?”

Terra tidak menjawab, tetapi bahunya bergetar hebat. Terra menangis dan Jeni tahu itu. Karena sejak kecil pun Terra akan selalu menangis jika terlalu menahan rasa kesal.

“Anda tidak boleh marah seperti ini, Nona. Nanti Sir Ercher akan kebingungan. Anda kan temannya.”

Sial, maki Terra dalam hati.

Itu tidak bisa. Ia sangat kesal sekarang. Ia marah menyaksikan Ercher memperkenalkan dirinya pada wanita yang tersenyum manis itu. Bahkan Ercher memberikan sapu tangan pada Vanilla, sedangkan pada Terra saja Ercher masih agak memberikan jarak.

“Anda masih harus mengurus ikan dengan Sir Ercher.”

Terra menggeleng. “Berikan saja semuanya pada Ercher. Dia akan mengurusnya sendiri.”

Jeni menghela napas. “Baiklah kalau begitu. Saya akan minta semua yang kita beli tadi diberikan pada Sir Ercher.”

***


Ercher duduk di lapangan latihan. Menunggu matahari terbenam. Terra tidak menentukan kapan mereka akan bertemu untuk memindahkan Pru ke akuarium baru. Bahkan Terra juga tidak bilang kapan mereka bisa makan kudapan bersama dan minum teh. Wanita itu tidak bicara lagi pada Ercher sejak buru-buru meninggalkan toko roti.

Ercher menatap tanah. Terra juga tidak mau melihatnya di sepanjang perjalanan. Biasanya Terra yang paling banyak bicara karena tahu Ercher tidak bisa berbicara. Tetapi tadi dia hanya diam saja. Apa Terra sakit?

Tiba-tiba saja ada sepasang kaki yang berhenti di depan Ercher. Ia mengangkat kepala dan menemukan Jeni sedang memegang mangkuk kaca bening yang di dalam ada si ikan biru, Pru.

“Pru,” kata Ercher.

Jeni mengulurkan mangkuk kaca itu. “Maaf, Sir. Nona meminta saya untuk mengantarkan Pru pada Anda. Semua belanjaan Pru sudah diminta untuk diantarkan ke kamar Anda.”

“Kakak sakit?” tanya Ercher sambil memegang mangkuk Pru.

Jeni menggeleng. “Nona baik-baik saja, Sir.”

“Akuarium Pru.”

“Nona bilang, silakan Anda mengatur sendiri akuarium baru milik Pru. Saya hanya datang untuk menyampaikan itu, Sir. Maaf kalau saya lancang.” Jeni kemudian membungkuk pada Ercher. “Saya permisi.”

Ercher hanya bisa melihat Jeni yang berjalan menjauh untuk meninggalkan Ercher. Katanya Terra tidak sakit. Kalau baik-baik saja, kenapa tidak datang? Terra bilang mau menghias rumah Pru bersama. Kenapa tidak datang?

Apa Terra lelah karena Ercher membosankan? Benar. Mungkin begitu. Karena Ercher pernah mendengar salah satu pelayan istana sedang berbicara pada temannya dan bilang kalau Ercher sangat membosankan. Mungkin saja Terra memang sudah bosan bermain dengan Ercher yang hanya banyak diam ini.

Mau bagaimana lagi? Kalau memang Terra kelelahan dan bosan bermain dengan Ercher, ia akan menghias sendiri akuarium Pru. Mungkin setelah istirahat dan kembali pulih Terra masih mau bermain dengan Ercher. Untuk sementara, lakukan saja sendirian. Nanti ketika Terra baikan, Ercher akan menunjukkan akuariumnya.

***


Terra berdiri di jendela besar yang tak jauh dari kamarnya, jendela yang memang dibuat menghadap bagian belakang kastil utama yang menghadap ke lapangan latihan dan paviliun. Ia sudah melihat Ercher beberapa kali bolak-balik sambil membawa sesuatu. Pria itu membawa barang-barang yang tadi siang mereka beli untuk Pru ke paviliun. Entah kenapa Ercher sangat suka paviliun, padahal Terra sama sekali belum pernah masuk ke sana.

“Anda benar tidak mau menemui Sir Ercher?”

Terra melirik ke belakangnya, Jeni berdiri sambil menyampirkan syal ke bahu Terra. Ia menggeleng. “Tidak. Dia kan sudah dewasa, tidak butuh aku untuk menolongnya menghias akuarium.”

Jeni menghela napas. “Padahal Anda sampai menjadikan White alasan untuk bisa pergi berdua dengan Sir Ercher. Kenapa sekarang jadi begini?”

Terra mendengkus. Memangnya kenapa? Meski Terra berada sendirian di tengah perasaannya yang entah apa, tetap saja ia berhak menjauhi Ercher seperti pria itu yang menjaga jarak dengannya.

“Anda kejam sekali, ya, Nona. Mungkin saja Sir Ercher berpikir kalau Anda membencinya.”

Ha? Tidak, tunggu. Apa yang barusan dikatakan oleh Jeni? Wanita itu tidak bisa menakuti Terra. Lagi pula Ercher takkan memikirkan hal seperti itu tentang Terra. Benar.

“Dia tidak akan berpikir begitu 'kan?” tanya Terra karena mendadak merasa sedikit cemas.

Jeni mengangkat bahu. “Jangan tanya saya.”

“Apa yang anak itu lakukan?”

Terra dan Jeni langsung menoleh begitu mendengar suara Jill muncul di dekat mereka. Rupanya pria itu berdiri di ujung jendela, tidak jauh dari Terra dan juga sedang memerhatikan Ercher yang bolak-balik.

Terra memberikan isyarat pada Jeni untuk meninggalkannya dan Jill. Setelah membungkuk untuk memberikan hormat, Jeni meninggalkan mereka berdua di jendela itu.

“Apa kau masih sangat tertarik pada anak itu? Tapi kau masih ingat apa yang kukatakan 'kan?”

Kening Terra berkerut.

“Tentang hak yang sama sebagai kandidat calon suamimu,” lanjut Jill. “Kau bisa memberikan waktumu padaku? Ada banyak hal yang mungkin bisa kau tanyakan padaku.”

Bagaimana pun, Jill benar. Terra harus bisa adil pada mereka. Jika Terra bisa memberikan waktu untuk Ercher dan mendekatinya, maka ia juga harus memberikan kesempatan sama pada Jill atau Pheliod.

“Apa yang Anda inginkan?” tanya Terra dengan pasrah. Lagi pula ia tidak mau bertemu Ercher besok, jadi Terra akan ikut dengan Jill meski tidak mau.

“Mau ke pusat wilayah besok?”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Rabu (22 Juni 2022)

Sorry, guys.
Maaf. Untuk note sebelum cerita, akan ada banyak curahan hatiku ya. Mohon dimaklumi

The Baron's Heart (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang