Chapter 55

648 149 37
                                    

Lama nggak update. Nungguin ya???? 🤣🤣
Donlot Fizzo yuk. Di sana bacanya gratis juga.
Katanya sayang sama Kak Ris 🤣🤣 ayo, bantuin anak Kak Ris yang di Fizzo juga dong.

Ada "Sahara Dell Sandarina" dan ada juga Tariana-Evans di "Queen, Meet Love"

***

Terra bangkit dari tempat tidur. Di depan jendela besar ia mondar-mandir. Saat usai makan malam Vanilla membisikan sesuatu bahwa wanita itu akan memberikan racunnya pada Terra. Alih-alih pada Ercher, rupanya Igrisa lebih menargetkan Terra.

Apa wanita itu berpikir bahwa Terra adalah penghalang bagi anaknya? Pasti Igrisa berpikir jika Terra mati, maka tidak ada alasan untuk Ercher di Monsecc dan menjadi baron.

Rupanya wanita itu tidak mengerti juga. Jadi baron atau tidak, Terra tetap akan bersama Ercher. Yah, Terra juga tidak bisa mengabaikan pikiran Igrisa. Wanita itu tentu berpikir kalau Terra adalah pemegang dari segala keputusan. Kalau Terra dihilangkan, maka Kaisar Iberich pun takkan bisa memaksa posisi Keir.

Kalau begitu tidak ada pilihan lain, selain terjun dalam permainan dan kabur ke ibu kota. Kalau mendengar terjadi sesuatu pada Terra, ayahnya tentu takkan diam. Mari lakukan apa yang Igrisa mau, lalu sisanya biar Philips yang urus.

Tetapi sekarang Terra butuh penawar racunnya. Ia harus meminum penawar sebelum racun yang akan diberikan oleh Vanilla nantinya.

Terra membuka pintu kamar. Menoleh kiri dan kanan untuk melihat situasi. Ia tak bisa membiarkan dirinya ketahuan oleh Jeni. Kalau tidak, rencananya takkan berjalan lancar.

Ada yang bilang, kalau mau mengelabui musuh, maka kelabui juga sekutumu.

Setelah merasa aman Terra berlari di lorong, meninggalkan kamar menuju paviliun. Sambil terus melihat situasi, Terra masuk ke paviliun. Saat berbalik begitu menutup pintu, tiba-tiba saja Ercher sudah ada di belakangnya.

“Astaga,” kata Terra. “Tolong, keluarkan suara saat datang.”

Ercher meraih tangan Terra. “Ada apa?”

“Kau harus mengantarku ke Bellia. Sekarang.”

Kening Ercher berkerut bingung. “Malam.”

Terra mengangguk. “Aku tahu ini malam. Tapi justru sekarang tidak ada yang tahu. Ada sesuatu yang harus kuambil di kamarku.”

Ercher masih terdiam sambil meremas tangan Terra. Berpindah ke Bellia. Wilayah Viscount Bellidona itu jauh. Hampir sama jauhnya ke ibu kota. Ia mungkin bisa berpindah untuk pergi. Tetapi tidak bisa berpindah untuk pulang. Kalau pun Ercher memaksa, butuh waktu lama untuk pulih setelah kembali ke Monsecc. Menggunakan kuda juga tidak mungkin.

“Bagaimana jika Ayah tahu?” tanya Ercher.

“Ayah siapa?”

“Ayah Kakak.”

Terra menarik napas, mencoba menyakinkan diri. Tidak mungkin ayahnya tidak akan tahu. Philips itu kesatria. Bahkan saat ada pelayan yang berbohong mengenai tikus saja, pria itu bisa tahu bahwa tak ada tikus di kediaman Bellidona. Yah, selain tikus yang ditangkap Jeni untuk percobaan racun Terra.

“Ayah tidak akan tahu.”

Kalau Terra bilang begitu, artinya Ercher bisa lakukan. Terra pasti punya cara untuk mengatasi Philips seandainya mereka ketahuan melakukan sesuatu.

“Ayo, ambil Potas,” kata Ercher saat menarik pintu paviliun.

“Potas?” Terra berbisik. Ia tidak mungkin berteriak membangunkan semua orang. “Kau mau ke Bellia dengan naik Potas? Tidak bisa.”

The Baron's Heart (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang