Holla, Guys!!
Terima kasih yang setia nemenin dan jagain Ercher yang nyaris berdebu ini 😭😭 aku harap kalian nggak kabur. WkwkUntuk sementara kita update santai dulu ya. Aku lagi berjuang buat ngejar projek Ercher. Soalnya udah ngaret banget, astaga.
Kemaren-kemaren kendalanya karena si Terra cemburuan ama aku yang deket banget sama Ercher. Jadi, dia nggak mau buka hati dan projek nggak bisa jalan. Sekarang dia udah mulai buka hati.
Semoga aja aku nggak mager, ya.
Jangan lupa loh vote komen. Soalnya dari series 2 si Tristan, udah sepi banget 😭😭 jadi, kali ini tolong nikmati dengan baik yaa.Selamat membaca .....
***
“Bagaimana?” tanya Terra sambil berputar di depan cermin, memamerkan gaun yang baru saja selesai Jeni kenakkan padanya.
Jeni dengan wajah malas mengangguk saja. “Itu sangat cantik, Nona.”
Ya, lebih tepatnya bagus untuk ke acara pesta. Kenapa nonanya jadi heboh sekali sepagi ini? Padahal belum berlalu 12 jam sejak Terra menangis semalam karena kasihan pada Tuan Muda Sillabent.
“Bagaimana dengan White?”
Jeni mengarahkan tangannya pada White yang sudah rapi dan sedang melihat ke arah Terra seperti seorang anak yang menunggu ibunya bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan.
Terra berlari kecil menghampiri White dan langsung menggendongnya. “Baiklah, Jeni. Kau tunggu saja di ruang makan. Aku dan White akan menjemput Ercher.”
“Kenapa begitu? Bagaimana kalau saya tiba-tiba ditusuk oleh salah satu orang-orang itu?”
Terra mendelik. “Tidak akan. Sampai jumpa di ruang makan, Jeni!”
Terra melambaikan tangan pada Jeni dari pintu kamar tepat saat Jeni mengembuskan napas lelah. Dengan langkah lebar Terra berjalan ke arah pintu samping kediaman Sillabent di mana biasanya para kesatria keluarga atau putra Keir latihan pedang.
Beruntung sekali kalau pintu area itu tidak tertutup. Kebetulan sekali Jeni mendapat kabar kalau pintu ke arah lapangan latihan tidak akan ditutup pada pagi hari. Namun, setelah keluar dari kastel pun Terra masih harus berlari melewati setapak untuk sampai ke lapangan itu. Semoga saja setelah sampai di sana, Ercher masih ada.
Kata Jeni, hari pertama pria itu sampai di kastel, besoknya dia terlihat ada di lapangan latihan. Berada di paling jauh dari para kesatria. Sepertinya pria itu memang suka menyendiri, ya.
Mari buktikan apa yang dikatakan oleh Jeni.
Suara hiruk para pria yang sedang berlatih tanding satu sama lain mulai terdengar saat Terra masuk ke lapangan. Di sana para kesatria sedang berkerumun dan menonton adu tanding kesatria. Terra mencari-cari. Tepat di sudut seberang lapangan ia menemukan Ercher yang berdiri melihat ke tengah kerumunan.
“Dia seksi ya, White,” kata Terra pada anjing yang berada di pelukannya itu sambil nyengir begitu melihat bahwa Ercher berkeringat. “Polos dan seksi. Aku baru tahu kalau ada kombinasi mematikan seperti itu.”
White menjawab dengan sekali gonggongan.
“Kau mau membantu ‘kan?” Saat berbicara pada White, tiba-tiba saja Terra menangkap sosok Ercher yang hendak berbalik untuk meninggalkan lapangan. “Dia mau pergi.”
White melompat dari pelukan Terra dan berlari ke tengah lapangan, melewati kerumunan para kesatria dan menggonggong. Kesatria yang sedang fokus pada pertandingan jadi menoleh pada White. Terra memejamkan mata karena geram dan malu. Seharusnya tadi ia bilang dulu pada White supaya tidak membuat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baron's Heart (Tamat)
Fantasy(Series 3 Easter) // SUDAH TERBIT Setelah meninggalkan Monsecc sejak usia 8 tahun, Ercher nyaris lupa kampung halaman. Bukan. Ercher ingin melupakan kampung halamannya. Namun, Baginda Iberich dan Pangeran Ein memerintahkannya untuk kembali ke rumah...