Nggak tahu ni ya. Belakangan emang ajur-ajuran.
Kek kepikiran, kok cerita gue gini² aja ya? Kayak nggak ada kemajuannya. Ngebosenin. Masa bertahun-tahun ceritanya cuma seputar Easter series aja. Ngebosenin.Aku pun kepikiran. Apa orang-orang udah mulai eneg ngelihat karakter anak-anakku?
***
Terra memegang tudung jubahnya dan melangkah masuk ke sebuah kedai minum bersama Jeni yang mengekori di belakangnya. Setelah sampai di dalam dan menemukan sosok pria yang dicari, Terra langsung melangkah lebar untuk menghampiri. Dengan perasaan riang Terra langsung menerjang pria itu dengan pelukan.
“Ayah.” Terra melepaskan tudung jubahnya setelah orang yang dipanggilnya ayah itu melepaskan pelukan dan tersenyum lebar. “Aku merindukan Ayah.”
Pria itu tertawa kecil. “Sepertinya percuma aku khawatir. Kau baik-baik saja, ya, Nak.”
Terra menyeringai. “Tentu saja. Karena aku bertemu seorang pria tampan.”
Senyum di wajah Philips Bellidona menghilang setelah mendengar ucapan Terra yang baru saja duduk di depannya. Philips jadi tidak mau mematahkan semangat dan kesenangan Terra hanya karena ia meragukan keputusannya.
“Oh, ya? Itu berarti kau sudah menentukan pilihan?” tanya Philips. Ia sudah tahu siapa yang Terra maksud. Anaknya itu mengiriminya surat, meminta semua informasi yang Philips tahu tentang Ercher. Bahkan Jeni sudah mengatakannya jauh lebih dulu.
Terra mengangguk. “Tapi aku belum bertanya padanya.”
“Kau harus bertanya kalau begitu. Tidak mungkin aku membiarkanku menikah dengan orang yang tak mau menikahimu.”
“Sebelum itu, apa Ayah dapat yang kuminta?”
Meja itu hening. Philips melirik pada Jeni yang berdiri di sisi Terra. Seakan mengisyaratkan apa tidak masalah dengan topik ini karena Jeni lebih tahu. Wanita itu yang sering bersama Terra nyaris seharian penuh. Setelah mendapat anggukan dari Jeni barulah Philips menghela napas.
“Ercher Sillabent, ya?”
Terra mengangguk. “Dia kesatria dan pengawal Putri Raeliana. Siapa dia sebenarnya, Ayah?”
Philips menghela napas. Lagi. “Dia putra tunggal Dame Illiphia Sudhia Halleysman. Singkatnya dia seorang sword master dan seorang user sihir ruang kedua dalam sejarah setelah panglima pertama kekaisaran.”
Terdengar suara tercekat dari Jeni. Dibandingkan Terra, Jeni tahu sangat banyak karena dia pernah menjadi kesatria wanita katedral untuk menjaga katedral suci di Roam. Informasi seperti ini dapat dengan mudah Jeni pahami.
“Dia orang hebat,” gumam Terra. “Apa tidak masalah jika aku memilihnya?”
Sebenarnya masalah tidak terletak pada Terra memilih Ercher atau tidak. Namun, masalahnya ada pada keluarga Sillabent itu sendiri. Diketahui bahwa keluarga itu sangat membenci Ercher. Terutama Baroness Igrisa Sillabent. Tidak hanya Ercher, wanita itu juga sangat membenci Illiphia.
Dari cerita yang dikatakan oleh Rowan, pria itu bilang kalau Igrisa pernah merasa terganggu dengan kehadiran Illiphia di Monsecc karena kecemburuan terhadap suaminya. Philips tidak menyalahi seorang istri yang marah ketika suaminya menatap wanita lain. Akan tetapi sepenuhnya tak salah Igrisa. Keir juga turut andil dengan itu.
Philips mengangguk. “Jika dia setuju, kenapa tidak?”
Terra tersenyum lebar. Nyaris berteriak karena senang. “Terima kasih, Ayah.”
Philips bilang begitu bukan karena ia tahu kalau yang akan menjadi Baron Monsecc berikutnya adalah Ercher. Tetapi anak itu memang layak dalam segala hal. Dia kuat, meski memang namanya tak terlalu bagus. Diluar itu semua, Ercher sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baron's Heart (Tamat)
Fantasy(Series 3 Easter) // SUDAH TERBIT Setelah meninggalkan Monsecc sejak usia 8 tahun, Ercher nyaris lupa kampung halaman. Bukan. Ercher ingin melupakan kampung halamannya. Namun, Baginda Iberich dan Pangeran Ein memerintahkannya untuk kembali ke rumah...