Chapter 40

668 166 45
                                    

Kita gak double update ya ges 🤣🤣
Soalnya kalo double tuh salah satunya banyak yg gk vote. Wkwkwk

Ya walau aku gk memeprmasalhkan itu. Tapi sebagai penulis, kalo makin banyak vote dan komen, makin semangat gak sih? Iya kan? Wkwkwk

Yaudah deh.
Happy reading deh 😁😁
***

Dari sekian banyak bekas luka di tubuh Terra, bekas di lengannya—yang ditanya oleh Ercher—adalah bekas luka yang tak ingin ia perlihatkan pada orang lain, termasuk ayah dan kakaknya. Sejauh ini hanya Jeni yang melihat bagaimana bekas dari kelakukan Terra di masa lalu. Ia selalu mengusir pelayan yang ingin melayaninya selain Jeni.

“Bukan apa-apa,” jawab Terra sambil meremas lengan kirinya. “Anggap saja kau tidak lihat.”

“Itu bekas suntikan,” ucap Ercher dengan nada tajam dan keningnya berkerut. Padahal Ercher tidak mau bicara banyak. Tetapi begitu melihat bekas luka di tubuh Terra, rasanya tiba-tiba saja ia marah.

Selama ini tidak ada yang bisa membuat Ercher sampai mengekspresikan kemarahannya sampai ke wajah. Tanpa sadar Ercher meraih lagi lengan Terra.

“Apa itu sakit?”

Terra yang terkejut menoleh pada Ercher. Untuk sesaat terdiam sebelum akhirnya menggeleng pelan. Dibandingkan sakit, mungkin bekas itu Terra buat untuk mengalihkan semua rasa sakit kesepiannya selama ini.

Terra tersenyum kecut. “Kau punya bekas luka?”

Ercher menggeleng. Padahal sejak kecil ia sudah sering terluka oleh Jill dan Pheliod. Tidak hanya luka fisik. Terkadang berdarah dan tulangnya patah. Namun, semua luka-luka itu sembuh dengan sendirinya. Kata pendeta agung, itu adalah keistimewaan yang dimiliki oleh pemilik element 4 sihir spesial.

Ercher mengakui itu. Pangeran Ein yang kadang terluka di medan perang juga mengalami hal yang sama. Orang itu tak pernah mengalami luka lebih dari sehari. Kecuali luka yang didapatnya memang mengandung racun. Kekuatan regenerasi dan penyembuhan alami dari 4 element istimewa sangat kuat.

“Ah, benar. Aku kan sudah lihat,” kata Terra. Kemudian tertawa pelan. “Terbalik sekali, ya.”

“Lukanya.”

Terra melepaskan pegangan Ercher dan tersenyum. “Kau pernah dengar tentang obat-obatan terlarang? Narkoba?”

Ercher mengangguk cepat. Dulu setelah secara sah menjadi kesatria pangeran, selain Ercher dan Charlotte, teman-temannya berangkat untuk menyelsaikan masalah penyelundupan obat-obatan terlarang. Hanya saja Ercher yang masih belum bisa mengendalikan kekuatannya tidak dilibatkan. Dari itu ia hanya tahu namanya saja.

“Aku ... pengguna.”

Terdengar helaan napas tak jauh dari pintu. Ercher dan Terra langsung menoleh. Rupanya Jeni masuk sambil membawa nampan berisikan minuman. “Berapa kali harus saya katakan kalau Anda itu korban?”

Terra membuang muka. Ia tidak bisa menganggap dirinya sebagai korban. Sebab Terra menggunakan cairan opium yang telah diekstrak itu secara sadar. Bahkan berkali-kali menghabiskan anggaran yang dimilikinya untuk benda itu.

“Sir, Nona harus bersiap. Bisa Anda menunggu di luar?” tanya Jeni pada Ercher yang mengangguk.

Ercher mengerti. Mungkin itu hal tabuh bagi Terra untuk dijelaskan. Lagi pula tidak ada hak Ercher untuk marah dengan keputusan Terra, mereka hanya teman biasa. Setidaknya sekarang.

Ercher berbalik dan berjalan ke arah pintu. Namun, berhenti saat hendak menarik gagang pintu. “Kakak?”

Terra menoleh tanpa menjawab.

The Baron's Heart (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang