Chapter 21

678 147 22
                                    

Olla~
Guys. Kita gas aja yaaa. Biar bisa hiatus nih 🤣🤣 kugantung ntar kalian. Hahahha

Oh, ya. Buat yang langsung baca ke sini, tapi skip "The Marquess Promise" dihimbau, please buat baca yang itu dulu. Ntar baru ke sini.

Walau bisa dibilang tuh time setting Tristan dan Ercher sama, tapi tetep ntar buat ngejawab kenapa Ercher sampai balik ke Istana pun dy sendirian. Biar nggak lost mind gitu.

Baca dulu yaaa. Thanks

***

Terra melirik pada kursi Ercher. Lagi-lagi pria itu melewatkan sarapannya. Apa karena dia terlalu sibuk di pavilun dan mengurus Pru sampai lupa untuk kembali ke rumah utama? Harusnya kan Ercher datang untuk sarapan. Bagaimanapun dia tidak boleh melewatkan makan.

“Jangan khawatir,” kata Igrisa yang mengetahui gerak-gerik Terra. “Dia sudah biasa melewatkan waktu makan.”

Terra menghela napas, tidak ingin menanggapi. Hanya mengangguk karena terlalu lelah berdebat tentang hal ini.

“Kalian akan keluar hari ini?” tanya Keir pda Jill dan Terra. “Seharusnya kalian lakukan itu dari awal.”

Terra mamaki dalam hati. Melakukan apa? Kau memintaku menghabiskan waktu dengan putramu yang bernama Jill ini? Semuanya menyebalkan.

“Kami akan ke pusat wilayah,” jawab Jill. Sementara Pheliod hanya terlihat cemberut karena iri. Namun, tidak bisa melakukan apa-apa karena harus mengalah pada Jill.

“Habiskanlah waktu dengan baik.”

Terra mengangguk, lalu meletakkan alat makannya ke piring. Minum dan mengelap mulutnya sebelum berdiri. “Saya akan pergi dulu, saga harus siap-siap.”

Keir menganggguk. Yang lain pun menanggapi dengan hal serupa. Terra meninggalkan meja makan sambil diikuti oleh Jeni. Apakah ia harus mencari Ercher dulu untuk memintanya sarapan?

Tidak! Terra kan sedang kesal pada pria itu. Apa-apaan? Biar saja Ercher memilih Vanilla. Memangnya Terra tidak berhak marah? Karena wanita itu Ercher jadi mengabaikannya.

Terra menghela napas setelah masuk ke kamar. Kenapa ia jadi seegois ini? Padahal Ercher bukan siapa-siapanya. Ia hanya berteman dengan Ercher. Tidak lebih dari itu. Kan tidak ada hubungannya dengan Terra meski Ercher bersama wanita mana pun.

“Anda mau ganti pakaian?” tanya Jeni. “Biasanya Anda selalu ganti pakaian setiap mau bertemu Sir Ercher.”

“Tidak usah,” balas Terra. “Begini saja sudah cukup.”

Jeni mengangguk, melihat Terra mengelus kepala White yang duduk di tempat tidur. Anjing itu makin terlihat mencolok dengan kalung lapis lazuli di lehernya. Tergantung dan bergoyang-goyang saat White bergerak.

Terra baru saja hendak merebahkan tubuhnya setelah melamun cukup lama. Tanpa sadar waktu sudah berlalu dan mungkin saja yang mengetuk pintu adalah Jill.

Jeni langsung bergerak membuka pintu. Ternyata benar kalau Jill berdiri di depan pintu kamar Terra. Pria itu terlihat sangat bersemangat.

“Kita pergi sekarang?” tanya Jill.

Terra mengangguk sambil berjalan mendekati pria itu yang kemudian mengulurkan tangan. Terra menyambut tangan itu dan berjalan beriringan bersama Jill ke pintu depan. Sudah ada kereta kuda di sana yang pintunya terbuka, menunggu kedatangan Terra.

Saat melewati pintu dan menuju kereta, ia mendengar seseorang berjalan tergesa-gesa. Terra menoleh dan menemukan Ercher sedang berjalan melewati semak-semak yang sengaja di rawat untuk memperindah kastil. Pria itu tampak tergesa-gesa menghampiri Terra.

The Baron's Heart (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang