Chapter 63

732 161 48
                                    

Update sekaligus pemberitahuan guys 🤣🤣
Kabar gembira.
BUAT YANG NGGAK BISA BELI BUKU² SERIES EIN TAPI PENGEN BACA EKSTRA CHAPTER.
SEKARANG LINK EKSTRA CHAPTER TCPF SEASON 1 DAN 2 UDAH BISA DIBELI SAMA AKU YA 😁😁
TAPI KHUSUS EKSTRA CHAPTER TOK!!! NGGAK FULL BOOK.
YANG MINAT, CHAT AKU YAAAKKKK!!
DI IG ATAU DI WHATSAPP JUGA BOLEH. NOMERNYA ADA DI BANNER AVATAR AKUN YAAA 😁😁

Setelah meninggalkan penjara, Raeliana meminta agar diantarkan menemui Terra saja. Ia agak kesepian karena orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Beberapa orang, meski berada di istana, mereka tetap sulit ditemui. Seperti Liliane dan Mareyya yang memang oleh Ein disuruh tinggal di istana sampai penobatan berakhir.

Karena tidak mau sendirian, lebih baik Reali menemani Terra yang sedang dalam pemulihan. Jadilah sekarang mereka berdua berada di kamar Terra. Saling diam.

Yah, bagaimana ini? Biasanya Raeli selalu bisa mencairkan suasana. Kenapa bersama Terra terasa agak sulit?

Tok! Tok!

Tiba-tiba saja ada ketukan pintu. Raeli jadi merasa girang sendiri karena bisa menyudahi keheningan ini meski belum tahu siapa yang ada di luar sana.

“Masuk!” kata Raeli tanpa persetujuan Terra. “Boleh 'kan?”

Terra tersenyum lebar dan mengangguk.

Pintu kamar di dorong dan Charlotte muncul di sana. Sendirian. Wanita itu berjalan menghampiri tempat tidur Terra sambil menatap tajam pada Raeli. Apa lagi? Kenapa lagi?

“Saya dengar Anda baru mengunjungi penjara,” kata Charlotte pada Raeli.

Raeli terdiam, melirik pada Terra. “Ah. Hahahahha. Yah, begitulah.”

“Katanya Anda mengamuk pada tamu dari Monsecc,” Charlotte masih menyerang. “Anda berubah jadi gila di tahanan.”

Terra tercekat. Matanya melotot mendengar ucapan tidak sopan Charlotte pada putri mahkota. Apa boleh seperti itu? Meski belum jadi permaisuri, tetapi Putri Raeliana akan duduk di kursi itu kurang dari 1 bulan lagi.

Raeli menggaruk pangkal pelipisnya. “Yah, kau kan tahu. Aku sulit menjaga emosi akhir-akhir ini. Wajah mereka membuatku kesal setengah mati.”

Charlotte menghela napas. “Saya tahu Anda memang pemarah. Ditambah kehamilan, Anda tidak bisa menjaga emosi. Apalagi amarah. Tapi bukan itu masalahnya, Yang Mulia?”

Raeli mengerutkan kening. “Lalu?”

“Anda tahu kalau penjara itu bukan tempat yang boleh didatangi oleh wanita hamil? Tempat itu ... kotor.”

Yah, Raeli tahu. Di penjara itu banyak tahanan yang mati entah bunuh diri atau dibunuh. Belum lagi aroma karat besi. Tetapi bagaimana? Begitu mendengar Keir Sillabent sudah tiba di ibu kota, Raeli penasaran ingin melihat wajah orang tua yang sampai hati membuang anaknya.

“Anda hamil, Yang Mulia Putri?” tanya Terra. Keningnya berkerut. Meski mendengar dari ayahnya tentang pernikahan putra mahkota yang tertutup, lumayan butuh waktu agak lama juga bagi putri mahkota untuk mengandung.

Charlotte mengangguk. “Yang Mulia menginjak usia tiga bulan kehamilan.”

“Seharusnya Anda menjaga diri,” sembur Terra tanpa sadar. “Bagaimana kalau tiba-tiba Anda jatuh tersandung?”

Raeli menghela napas. “Aku tidak selemah itu harus tersandung dan mati. Yang benar saja. Kalian berlebihan.”

“Penobatan kurang dari sebulan lagi, Yang Mulia,” kata Charlotte. “Pengadilan Keir Sillabent akan diadakan seminggu lagi.”

The Baron's Heart (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang