Walau udah mulai membosankan, aku permisi untuk tetap lanjut, ya guys ☺️☺️
***
Charlotte mengetuk pintu ruangan yang sudah terbuka. Menyita perhatian beberapa orang yang sedang mengerjakan laporan menoleh padanya yang bersandar di pintu.
“Dame?”
“Maaf, apa aku mengganggu kalian?” tanya Charlotte pada 3 pekerja yang ada di sana. Mereka semua menggeleng. “Penell, apa bisa ikut aku?”
Penell yang sedang mengerjakan dokumen nyaris mengerutkan kening pada Charlotte. Ia memang ditunjuk sebagai wakil dari ketua divisi utama menara medis kekaisaran. Bahkan Charlotte yang menjadi ketua dari tim mereka jarang sekali memanggil untuk urusan pribadi.
Penell berdiri dan meninggalkan mejanya untuk menyusul Charlotte di pintu. “Apa ada sesuatu yang harus saya kerjakan, Dame?”
“Ada yang ingin kutanyakan. Bisa bicara denganku di tempat lain?”
Penell mengangguk. “Baiklah.”
Sambil melirik pada 2 orang lain yang berada di ruangan itu Charlotte dan Penell meninggalkan ruangan menuju aula istirahat yang memang disediakan di menara untuk beberapa anggota yang ingin menginap karena banyak pekerjaan atau hanya sekadar istirahat untuk minum.
Charlotte mendorong pintu ruang istirahat dan mempersilakan Penell masuk duluan. Di meja tengah ruangan itu ada 2 cangkir teh yang uapnya masih mengepul.
“Langsung duduk saja, Penell.”
Penell duduk dan disusul oleh Charlotte. Untuk beberapa waktu mereka saling diam. Sejujurnya merasa canggung karena dalam urusan pribadi mereka jarang mengobrol selain untuk urusan pekerjaan. Kebetulan Charlotte bukan orang yang terlalu bersahabat seperti kembarannya.
Charlotte menatap Penell.
Penell Bellidona. Calon Viscount Bellidona selanjutnya. Pria itu punya rambut biru gelap seleher yang selalu dikucir di belakang leher.
“Apa yang ingin Anda bicarakan, Dame?” tanya Penell sambil mendorong kacamatanya yang sedikit melorot dari hidung.
Pria ini seusia Tristan, pikir Charlotte.
“Aku mendengar beberapa waktu lalu kalau Viscount dan Lady Bellidona sempat mampir ke istana,” balas Charlotte.
Lebih tepatnya sekitar beberapa bulan yang lalu. Charlotte tidak bertemu tepatnya dengan nona muda keluarga Bellidona, tetapi ia mendengar dari ayahnya kalau Viscount Philips sempat datang ke istana bersama putrinya. Raeliana juga bilang bertemu dengan wanita yang mungkin akan menjadi pendamping Ercher dalam waktu yang lama.
“Benar, Dame. Tapi saya tidak bertemu dengan mereka karena hanya mampir sebentar.”
“Siapa nama Lady?”
Untuk beberapa saat Penell terdiam. Namun, karena tak mungkin mengabaikan pertanyaan Charlotte yang adalah atasannya, Penell menjawab, “Terra Silka Bellidona.”
Wanita itu punya nama tengah yang jarang diberikan oleh para pendeta.
“Lady ... orang yang seperti apa?” Charlotte menyilangkan kakinya di atas kaki yang lain dan meraih gelas minumannya. Kemudian bersandar menatap Penell.
Bukan maksud Charlotte untuk ikut campur dalam masalah Ercher. Tetapi Kaisar Iberich memiliki kecenderungan aneh membuat perjanjian untuk menjodohkan putra-putri para kesatria terhormatnya. Yah, seperti Raeliana dan Ein.
Sebenarnya Charlotte memang ingin tidak peduli. Namun, jika memang Terra pergi ke Monsecc untuk mencari kandidat suami, dari ketiga putra Sillabent, hanya Ercher yang paling sempurna. Lalu hanya pria itu juga yang paling rapuh kepercayaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baron's Heart (Tamat)
Fantasy(Series 3 Easter) // SUDAH TERBIT Setelah meninggalkan Monsecc sejak usia 8 tahun, Ercher nyaris lupa kampung halaman. Bukan. Ercher ingin melupakan kampung halamannya. Namun, Baginda Iberich dan Pangeran Ein memerintahkannya untuk kembali ke rumah...