5

16.9K 1.7K 25
                                    

Aku sampai di rumah tepat pukul setengah tujuh malam.

Fyuh, untuk beberapa hari terakhir ini, sebaiknya aku bertingkah normal deh daripada harus menambah konflik di keluarga.

Iya, selama ini 'kan aku dianggap kurang normal karena selalu pulang kerja di saat matahari udah sepenuhnya digantikan oleh bulan.

Sebelum ke kamar, aku mampir sebentar ke dapur untuk mengambil air minum. Haus banget. Padahal perjalanan dari cafe Gemi sampai rumah, nggak memakan waktu sampai satu jam. Tapi, kenapa rasanya aku lelah sekali, ya.

Bu Surti nongol dari balik meja makan. "Budhe buat bubur kacang ijo, nduk.." kata bu Surti sambil menjinjing sebuah panci yang isinya masih mengepulkan asap. "Dicoba to.. mumpung masih anget.."

Mendengar hal itu aku menyambut girang, dan langsung mengambil mangkuk dari lemari alat makan.

"Macet, apa?" Tanya beliau sambil menyendokkan bubur kacang ijo ke dalam mangkukku.

Aku menggeleng. "Nggak.. lancar-lancar aja.."

Selesai. Saatnya menyantap. Aku nggak tahu, apa yang bisa lebih baik dari makan bubur kacang ijo buatan bu Surti di akhir hari.

Aku menyesap sarinya dengan perlahan. Ah, hangat. "Rumah kok sepi. Pada kemana budhe?"

Bu Surti ikutan menyendok bubur kacang ijonya yang sudah ada di mangkuknya. "Papa, Mama, dik Runi ke daerah Kranggan. Cari kain.."

Aku mengangguk-angguk.

"Ah, ini enak banget budhe buat aku yang lagi masuk angin."

Budhe langsung menatapku. "Mau budhe kerokin?" Katanya sambil duduk menyebelahiku.

Aku menggeleng. Padahal, kayaknya bakal enak banget sih. Tapi, aku harus segera mandi dan pergi tidur. Besok, aku harus berangkat pagi-pagi untuk meeting dengan team Purchasing dalam rangka persiapan new store opening di salah satu mall di kota Solo. "Besok, Ara ada meeting pagi-pagi banget budhe.. setelah ini, pingin langsung tidur aja.."

Bu Surti mengangguk.

Beliau ini bekerja di keluargaku sejak aku masih sangat kecil. Iya, dari zamanku mengontrak rumah di Perumahan Griya Asri dulu sampai sekarang. Nilai plusnya adalah rumah bu Surti dan keluarga masih satu kota denganku, hanya beda kecamatan. Aku tinggal di daerah Semarang Barat, sementara bu Surti ada di daerah Semarang Timur. Ya, cukup jauh sih untuk jaraknya. Thats why, bu Surti nggak setiap hari pulang kesana. Suami dan anaknya pun kadang suka berkunjung kemari.

"Dik Runi jadinya tanggal berapa, nduk?"

"Tanggal lima Maret, budhe.. kemarin rembugan-nya sih begitu pas temu keluarga."

Bu Surti meng-oh.

Hening sejenak.

"Kalo kamu sendiri, jadinya kapan, nduk?"

Aku terhenyak. "Jadi apanya, budhe?"

Kini, giliran bu Surti tampak terhenyak.

Kami berdua saling bertatapan.

"Sekarang, kamu punya pacar nggak to, nduk?"

Tanpa berpikir, aku langsung menggeleng.

Jujur, aku nggak pernah pacaran.

Sumpah, deh.

Dari jebrol lahir, sampai sekarang, aku nggak pernah punya pacar. Satu pun. Ya, kalau yang sempat dekat denganku, banyak sih. Tapi untuk officially jadi pacar, belum pernah ada.

9096 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang