"Mau kemana, Run?" Aku baru saja keluar kamar dan menemukan Seruni berlalu menuruni tangga.
Adikku menoleh. Entah bagaimana, aku merasa wajahnya sedikit pucat. Pagi ini, dia mengenakkan setelah dress berwarna peach, dengan sling bag mini di sisi badannya.
"Mau pergi sebentar.." jawab Seruni.
Aku memandang sekeliling. "Sama Mama Papa?"
Dia menggeleng. "Sama mas Sena.." dia ikutan memandang sekeliling. "Aku pergi dulu ya, mbak.."
Belum sempat mengiyakan, dia sudah melanjutkan langkahnya. Heran. Tumben pagi-pagi banget udah kabur pacaran.
Adikku itu punya pacar. Nawasena namanya. Senior di kampusnya dulu. Ya, hitungannya jadi seumuran denganku, sih.
Aku kembali melanjutkan niat awalku untuk menenteng laptop ke area balkon rumah. Mencoba produktif di pagi hari dengan menyempurnakan materi presentasiku untuk minggu depan.
Baru juga duduk, aku dengar suara bel rumah berbunyi.
Cuekin aja lah. Biar bu Surti; asisten rumah tangga, atau Papa, atau Mama yang bukain.
Aku doang kayaknya di dunia ini yang benci kalau kedatangan tamu. Begitu dengar bel, atau pintu diketuk, hawanya pingin lari dan bersembunyi di suatu tempat.
Ada kali dua menit bel rumah berbunyi dan nggak ada yang bukain.
Aaaaaa.. Papa sama Mama kemana, sih ya???
Sementara si tamu dan bunyi bel rumah belum juga menyerah.
YaAllah.. udah.. hamba saja yang menyerah.
Setengah menghentak, aku bangkit dari kursi dan berjalan menuruni tangga untuk menyambut siapa sih orang yang belum ada jam sembilan pagi, tapi udah bertamu dan terobsesi dengan pencet-pencet bel rumah orang?
Sebelum membuka pintu, aku menengok sekeliling. Orang-orang di rumah pada kemana, lagi?
Aku memutar kunci pintu rumah, dan membukanya.
Klek.
Pintu terkuak.
"Ya?" Sapaku begitu memunculkan diri dari balik pintu. "Cari siapa, pak?" Aku memperhatikan seorang pria dengan kaus hitam dan celana warna beige yang berdiri membelakangiku. Di sebelah tangannya, dia menjinjing semua paper bag yang entah isinya apa.
Ini paket Seruni atau paket Mama, ya?
Soalnya, duo belanja online di rumah ini, ya mereka berdua. Setiap hari, adaaaa aja yang di-check out.
Pria itu menoleh, kemudian menghampiriku.
"Ada titipan dari mbak Wulan.." katanya sambil menyerahkan sebuah paper bag tadi.
Aku loading sebentar. Mbak Wulan yang mana, ya?
Kayaknya pria ini sadar kalau aku tiba-tiba loading. Dia segera menambahkan, "Mbak Wulan, anak pertamanya pak Adimas."
Seperti disentil, aku langsung teringat. "OOOOHHHH.. PAK ADIMAS.." seruku.
Pria di depanku sempat terkejut, sampai sedikit memundurkan posisi tubuhnya.
"Pak Adimas yang di Perumahan Griya Asri dulu, ya?"
"Sampai sekarang, masih di Griya Asri kok.."
Aku kembali meng-oh. "Makasih ya, mas.." kataku kemudian sambil menyambut paper bag tadi. "Syukuran apa ini?"
"Syukuran lahirnya anak pertama," jawab pria itu.
Aku mengangguk-angguk antusias. Iya iya, aku baru ingat, pak Adimas adalah tetangga kami saat kami mengontrak rumah di Perumahan Griya Asri saat itu. Rumah kami bersebelahan, dan keluarga kami mengenal baik keluarga pak Adimas, begitu juga istri; bu Adimas, dan kedua anaknya; mbak Wulan dan mas Bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
9096 (Complete)
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) (BEBERAPA PART DIHAPUS) - "Aku hamil, Pa.." Kata Seruni. Shit. Aku hampir meloncat dari sofa karena saking kagetnya. Papa seketika melotot. "Runi, kamu jangan bercanda, ya!" Adikku menghela nafasnya. "Kita semua kumpul kaya...