Hancur.
Udah.
Hanya satu kata itu yang dapat mendeskripsikan perasaanku saat ini.
Pukul lima pagi ini, Gemi baru saja meneleponku. Ya, begitu juga dengan semalam. Dia terus-terusan meneleponku. Dan nggak ada satu pun telepon yang aku jawab, atau pesan darinya yang aku balas.
Ah, saat ini aku nggak butuh siapa pun selain diriku sendiri.
Kalian tahu nggak, rasanya seperti apa?
Rasanya kayak berlari di sebuah papan permainan. Hanya saja, pada kasusku ini, aku belum sempat bertanding, tapi aku udah kalah duluan.
Ya, itulah rasanya.
Nggak sampai satu jam aku mendengar kabar 'balikkan' itu dari bibir Arga sendiri, aku langsung memutuskan untuk pulang dengan alasan udah diminta Papa untuk segera pulang. Padahal masih sore. Bodo amat kalau kedengaran nggak masuk akal. Aku hanya ingin pulang.
Gemi sempat menawariku untuk diantarkan olehnya. Tapi, sekali lagi, bagiku, di saat-saat terpurukku, aku justru hanya ingin sendiri.
Bagiku, ini adalah waktu yang tepat untuk diriku melakukan refleksi dan introspeksi diri.
Bukan, aku bukan menyalahkan diriku sendiri.
Aku hanya.. ya, lebih baik menghadapinya sendiri. Setidaknya, untuk saat ini.
Sekian banyak orang, kenapa harus Amanda?
Sekian banyak cinta, kenapa harus cinta dari masa lalunya?
Asli. Nggak ada yang lebih menyedihkan dari fakta bahwa aku hanyalah seseorang yang kalah talak oleh masa lalunya.
Masa lalu yang seharusnya Arga buang jauh-jauh dan lupakan, justru menjadi hal yang dia pungut kembali, dan mulai lagi dari awal.
Bukankah itu sama saja seperti membaca buku dengan judul yang sama? Iya, bagiku, ending-nya akan sama saja.
Sambil meringkuk, air mataku kembali menetes.
Iya, si bodoh Arawinda ini udah menghabiskan semalam suntuknya untuk menangisi orang yang belum move on dari masa lalunya.
Bilang padaku, supaya aku nggak menangis lagi. Adakah yang lebih menyedihkan daripada ini?
Sialnya lagi, setelah berakhir ketiduran, aku bangun dengan kepala yang terasa sangat berat dan pelupuk mata yang sangat parah. Saat aku menengok jam pada dinding kamar; pukul tujuh pagi.
Seketika, aku nggak ada gairah untuk mengawali aktifitas pagi hari ini.
Setelah libur tanggal merah kemarin, aku memang sengaja mengajukan cuti untuk dua hari setelahnya. Tanggal 23 hari ini, dan tanggal 24 besok.
Ya, tanggal 24 besok, akan ada sesuatu yang penting dan nggak bisa aku hindari 'kan? Bagaimana pun juga, aku harus tetap hadir untuk menghargai niat baik keluarga mas Bumi. Semoga saja, rencana yang kami berdua susun dapat berjalan sesuai dan nggak ada halangan apa pun.
Sesaat kemudian, aku tiba-tiba teringat dengan perkataan Papa tentang dateline-nya malam itu. Dan sekarang, belum juga mencoba, aku udah jelas-jelas kalah.
Amandaaaaaa..
Kenapa kamu harus muncul di saat-saat seperti ini, sih?
Kenapa harus Arga yang kamu pilih untuk menjalani sebuah kisah yang sama lagi?
Kenapa kamu nggak memberikanku sebuah kesempatan untuk mencoba?
Aku kembali menghela nafas.
Udah jatuh, tertimpa tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
9096 (Complete)
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) (BEBERAPA PART DIHAPUS) - "Aku hamil, Pa.." Kata Seruni. Shit. Aku hampir meloncat dari sofa karena saking kagetnya. Papa seketika melotot. "Runi, kamu jangan bercanda, ya!" Adikku menghela nafasnya. "Kita semua kumpul kaya...