Aku sampai di rumah pukul delapan malam, dan hendak langsung menuju ke kamar. Tapi, niat itu aku urungkan saat aku nggak sengaja melihat Papa sedang duduk di ruang makan. Sendirian.
"Ada apa, Pa?" Aku menghampiri beliau.
Papa tampak sedikit tergugah dari lamunannya. Iya, semenjak kehamilan Seruni, Papa jadi sering banget aku dapati sedang melamun.
Beliau tampak bergeming. Aku pikir, hanya kami berdua. Nggak lama, Mama tiba-tiba masuk ke ruang makan, disusul Seruni yang membuntut di belakang.
Oke. Udah lama juga kayaknya, kami sekeluarga nggak makan malam bersama di satu meja makan. Eh, tadi 'kan aku udah bilang bahwa aku udah makan malam.
Tapi, jika kami memang berkumpul untuk makan malam, bukannya saling menyiapkan piring dan nasi, Mama, Papa, dan Seruni justru duduk dan diam. Aku juga nggak melihat bu Surti menyiapakan lauk di meja.
Ada apa sih?
Mama melempar pandang kepada Papa.
Seruni masih menunduk. Aku memperhatikan tubuhnya yang mulai berisi. Begitu juga perutnya yang semakin membuncit.
Hening.
Hanya ada helaan nafas masing-masing dari kami.
Sempat melepas pandang, Mama dan Papa kembali bertatapan lagi. Beliau berdua, lagi pada ngapain sih?
Apakah ada masalah yang aku buat lagi?
Suasana hening terpecah saat Papa berdeham. "Papa mau ngomong sama kamu, Ra.." kata Papa.
Seisi ruangan kompak untuk fokus kepada Papa.
"Seruni jadi menikah tanggal 5 Maret nanti.." ujarnya.
"Alhamdulillah.." balasku.
Hening kembali.
Lagi, Papa melempar pandang kepada Mama.
I know, it looks so much frustrating. Terlebih, Seruni kelihatan tegang banget. Tapi, apa yang sebenarnya mereka ingin katakan?
"Papa mau.." Papa menghela nafasnya. Lagi dan lagi, bertukar pandang dengan Mama.
Aku berdecak. "Kalau emang nggak bisa diomongin, ya, nggak usah, Pa.." kataku.
"Kamu punya pacar?" Tanya Papa. Tiba-tiba.
Aku kayaknya terlanjur kekenyangan, atau kelelahan deh. Soalnya.. aku semakin nggak mengerti arah pembicaraan Papa.
Tapi, ujung-ujungnya aku menggeleng ringan.
"Arawinda.. kamu juga harus segera menikah.." Mama seketika mengambil alih.
Aku menoleh kepadanya dan mengangguk. "Iya, Ma. Arawinda pasti akan menikah kok, Mama tenang saja."
Papa menghela nafas. "Kamu harus menikah sebelum Seruni."
Deg.
Gimana?
"Apa?" Aku berusaha mendekat ke sumber suara dengan memajukan posisiku. "Maksud Papa?"
"Mama dan Papa ingin kamu segera menikah, sebelum 5 Maret nanti. Sebelum Seruni menikah."
Aku mengkerjap-kerjapkan mataku. "Tunggu dulu.. ini gimana, sih, maksudnya?"
Mama dan Papa terdiam.
Aku beralih ke Seruni. Sedari tadi, adikku itu diam saja. Nggak kaget, apalagi protes.
"Seruni.." panggilku. "Kamu tahu tentang hal ini?" Tanyaku.
Seruni perlahan menoleh. "Aku minta maaf, mbak.."
KAMU SEDANG MEMBACA
9096 (Complete)
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) (BEBERAPA PART DIHAPUS) - "Aku hamil, Pa.." Kata Seruni. Shit. Aku hampir meloncat dari sofa karena saking kagetnya. Papa seketika melotot. "Runi, kamu jangan bercanda, ya!" Adikku menghela nafasnya. "Kita semua kumpul kaya...