17

12.9K 1.6K 39
                                    

Semalam, aku nggak bisa tidur.

Kalau satu malam lalu, aku nggak bisa tidur karena patah hatiku. Satu malam tadi, patah hati itu masih ada, tapi diimbangi dengan rasa deg-degan setengah mati memikirkan bagaimana respon keluargaku dan keluarga mas Bumi menghadapi misi rahasia kami.

Dan pagi hari ini, badanku semakin nggak keruan rasanya.

Kata orang, saat patah hati, kita nggak bisa merasakan apa-apa, bahkan rasa lapar sedikit pun? Yang ada, kita hanya bisa merasakan rasa sakit dan rasa hancur.

Tapi, pagi ini perutku krucuk-krucuk tanda lapar. Masa patah hatiku udah sembuh begitu saja?

Ya, bisa jadi karena seharian kemarin, aku nggak makan apa pun selain minum susu kaleng dingin yang ada di kulkas.

Kemarin, aku bilang bahwa aku ingin menghilang dari muka bumi ini 'kan? Tapi, subuh tadi, Mama udah menerobos masuk ke kamarku untuk membangunkanku, dan dengan omelan khas-nya menggiringku untuk segera mandi.

Aku nggak menyangka, hari ini datang juga.

Wait.

Ulangi.

Aku nggak menyangka, dateline ini datang juga.

Aku nggak melawan seperti biasanya. Sedikit pun, nggak ada keinginan untuk mengelak ini semua.

Aku hanya menurut. Bangun dari pembaringan meskipun tidurku semalaman nggak nyenyak. Pergi ke kamar mandi untuk mengguyur seluruh badan ini. Kemudian bersiap diri ke kamar bawah untuk segera dimake up.

Beberapa hari sebelumnya, Mama sempat menawariku; make up sendiri atau dengan vendor?

Karena aku benar-benar sudah terlanjur malas untuk berpikir, apalagi make up sendiri, aku mengatakan, "Sama kan saja dengan Seruni. Aku nggak punya pilihan lain lagi 'kan?"

Dan disinilah aku, duduk mengenakan kebaya dan kain. Aku nggak mau pakai sanggul. Ribet dan akan terasa pedas di kulit kepala. Rambutku juga udah panjang. Aku hanya meminta hair do yang sederhana. Ya, dicepol gaya french roll juga nggak pa-pa.

Saat sang make up artist mulai melakukan pempering singkat dengan memaparkan moisturizer pada permukaan wajahku, aku menghela nafas panjang dan berat.

"Deg-degan ya, kak?" Tanyanya.

Aku diam saja.

"Kebaya kakak warna dusty pink, untuk make up, saya buat soft supaya senada dengan attire-nya ya, kak.."

Aku bergeming sebentar. "Saya boleh request?"

"Request gimana kak, make up-nya?"

Aku kembali menghela nafas. "Bisa nggak, kalau eye make up-nya dibuat kelihatan galak?"

Sang make up artist tampak sedikit tergelak. "Kakak nggak suka warna-warna soft gitu, ya? Kalau style sassy gitu, takutnya nggak cocok dengan attire-nya."

Aku mengenyahkan pundakku asal-asalan. "Monggo diatur saja sambil dicocokkan warnanya.. yang penting, eye make up saya kelihatan galak."

Sang make up artist nggak lagi berkomentar.

"Saya mau kelihatan seperti calon menantu yang galak." Tukasku.

***

Dooooh.

Harusnya tadi aku sarapan dulu.

Kalau udah make up-an dan dressed up begini, jadi susah kalau mau menyuap makanan ke mulutku.

9096 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang