"Satu minggu?"
Aku mendongak saat bu Hesti udah selesai membaca administrasi cutiku. "Iya, bu.."
Dia mengenyahkan kacamata bacanya, dan beralih menatapku. "Kamu nggak bulan madu?"
Aku nyengir kuda.
Pertama, aku dan mas Bumi benar-benar nggak ada pikiran kesana.
Kedua, kebijakkan cuti di kantorku berbeda sekali dengan kebijakkan kantor mas Bumi. Asli, dia fleksibel banget dengan jatah cutinya. Nggak seperti aku ini, di zaman yang udah penuh kemajuan teknologi, aku masih harus memberika hard file untuk administrasi cuti.
Ketiga, kelamaan cuti juga kayaknya bisa membuatku sedikit stress deh. Mau ngapain?
"Satu minggu bagi saya cukup, bu.." tukasku.
"Ngunduh mantu?"
Cengiran ku pudar. Kok aku bisa lupa, ya, dua minggu setelah resepsi akan ada acara ngunduh mantu.
Oke.. oke.. tetap tenang.
"Ngunduh mantu saya di bulan depannya kok, bu.."
"Kamu dapat orang mana?"
Seketika, aku mengernyit. Mas Bumi kayaknya orang Semarang-an aja, deh. Bukan dari mana-mana. "Orang Semarang kok, bu.."
"Oooh.. teman kuliah?"
Aku makin pening. "Errr.." mataku menerawang. "Tetangga di dekat rumah." Tukasku. Malas mikir. Suka panjang kalau dijelasin.
Aku udah siaga kalau bu Hesti nanya-nanya lagi, tapi pada akhirnya dia mengangguk. Dengan ringan, dia menelaah secarik kertas pengajuan cutiku tadi, menanda tanganinya, kemudian membubuhkan stempel di atasnya.
Oke.. kertas itu akan aku upload ke sistem personalia sebagai bukti cutiku diapprove.
"Persiapan presentasi hari Rabu besok gimana?" Tanya beliau.
Banting topiknya ekstrem banget.
Aku terhenyak. Dua hari lagi waktuku mempresentasikan hasil kerjaku. "Aman, bu.."
Bu Hesti menyandarkan tubuhnya ke leher kursi. "Bersamaan dengan persiapan pernikahanmu, aman?"
Ah. Udah kuduga kalau beliau akan menyinggung soal hal ini.
Satu hal yang perlu kalian ketahui; bu Hesti ini adalah Senior Brand Manager yang mengatasi aku dan Kiran. Beliau adalah salah satu dari jajaran team top management, dan direncanakan sebelum pertengahan tahun nanti udah promote untuk menjabat posisi Brand Director. Tapi, bukan itu masalahnya. Bu Hesti ini adalah seorang single parent dengan dua orang anak yang masih berusia remaja. Sampai sini, kalian udah sedikit menangkap arah pembicaraanku nggak?
"So far, so good kok, Bu.." aku berusaha untuk tetap tenang.
Sesaat kemudian, karena bu Hesti nggak lagi memperpanjang obrolan kami, aku pamit dan segera bangkit dari tempat dudukku.
Tepat saat aku mendorong punggung kursi untuk ku kembalikan ke posisi semula, bu Hesti berdeham. "Ara.." panggilnya.
"Ya, bu?"
"Kamu udah tahu 'kan kalau sebentar lagi Kelana butuh Senior Brand Manager baru. Menggantikan saya," bu Hesti mulai memasang ekspresi wajah yang lebih serius dari sebelumnya. "Antara kamu atau Kiran. Betul begitu?"
Tubuhku mendadak menegang. "Paham, bu.."
Entah apa maksud beliau tiba-tiba mengatakan hal seperti itu.
***
"Ayo lah, Diiii.." aku menyenggol lagi lengannya.
Sekarang Didi sedang menjalankan silent treatment-nya kepadaku. Begitu juga dua jam yang lalu setelah aku keluar dari ruangan bu Hesti dan kertas yang aku bawa berhasil dicopet dan dibacanya dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
9096 (Complete)
Roman d'amour(DALAM PROSES PENERBITAN) (BEBERAPA PART DIHAPUS) - "Aku hamil, Pa.." Kata Seruni. Shit. Aku hampir meloncat dari sofa karena saking kagetnya. Papa seketika melotot. "Runi, kamu jangan bercanda, ya!" Adikku menghela nafasnya. "Kita semua kumpul kaya...