19

13.2K 1.7K 144
                                    

Mau nangis.

Asli. Bingung banget. What did I do sih sampai akhirnya jadi seperti ini?

Seingatku, setelah meletakkan microphone, dan kembali duduk, nggak tahu kenapa, aku jadi termenung. Tiba-tiba saja langsung diam, dan nggak tahu kenapa.

"Fotonya di luar aja, mbak.. disini cahayanya kurang." Seru Tiara.

Aku seketika mendongak. Dia sudah memaju mundurkan posisi kamera ponselnya.

"Boleh. Kita ke luar saja." Mas-mas fotografer yang entah datang dari mana pun tampak menyetujui.

Aku yang masih terduduk di kursiku, mendadak seperti diserap seluruh daya dalam tubuhku. Kok jadi lemas.

Acara lamaran—kenapa jadi acara lamaran beneran?

Ulangi.

Acara yang nggak terduga ini baru saja selesai.

Dan aku masih harus mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Tadi..

Aku mengiyakannya, ya?

Beneran?

Dengan sadar?

Aku mau tanya ke Gemi atau Seruni juga nggak enak. Masa masih suasana seperti ini, kemudian aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya sudah aku ucapkan sampai semuanya jadi seperti ini?

Bisa jadi samsak Mama nanti.

Aku sedikit terkejut saat menemukan mas Bumi sudah ada di hadapanku. Kali ini, nggak ada meja yang memisahkan kami. Dia benar-benar ada di dekatku. Bahkan, aku bisa mencium wangi bajunya yang entah itu pewangi pakaian atau parfume-nya.

"Yuk," ajak mas Bumi.

Aku terhenyak. "K-kemana, mas?" Aduh. Bisa nggak sih, aku nggak kelihatan gugup dan jadi gelagapan?

"Foto." Jawabnya.

Ah, foto. Iya. Aku tadi diminta sepupuku Tiara untuk berfoto.

Aku pun bangkit dari tempat dudukku dan segera berjalan keluar ruangan.

Saat aku dan Tiara bertemu di teras rumah, dia mengarahkanku untuk berdiri di depan sebuah dinding yang permukaannya ditumbuhi tanaman bunga anggrek milik tetangga sebelah rumah yang menjuntai.

Aku pun menurut dan mengatur posisi tubuh dan ekspresi wajah. Aku siap difoto.

"Kok sendirian?" Tanya Tiara begitu menyadari kedatanganku.

Ya, emang sendirian. Emang sama siapa?

Sesaat kemudian, aku tersadar. Lah dalah, mas Bumi yang mengajak malah ketinggalan di belakang.

Tiara terkekeh. "Bisa-bisanya ditinggal. Fotonya kan harus berdua."

Berdua??? Kok berdua?

"Calon suamimu mana?"

Duarrr.

Seperti ada petir di pagi hari yang cerah.

"Calon suami?" Aku hanya bisa mengulang pertanyaan Tiara.

"Iya. Kemana? Masa kamu foto sendirian?" Cibir Tiara.

Lah, ini maksudnya foto berdua dengan mas Bumi, ya?

Oh, iya.

Oh? Iyaaa?!

Asli. Kayaknya akalku sudah mulai terbolak-balik.

Nggak lama, aku melihat mas Bumi berjalan mendekat ke arahku dengan dua buah botol air mineral. Salah satunya berisi setengah air dalam botol saja.

"Sorry.. saya tadi ambil minum dulu." Katanya dari kejauhan kepada Tiara, kemudian berjalan dengan ringan menghampiriku.

9096 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang