24

13.3K 1.7K 45
                                    

Sejak satu jam lalu, yang sedari tadi ada di pikiranku hanyalah kasur.

Udah.

Cuma pingin cepat-cepat berbaring dan tidur. Capek banget rasanya badanku ini.

"Mau mampir, mas?" Aku melepaskan seat belt begitu mobil udah diparkir lurus di pekarangan rumahku. Menyebelahi sebuah Vespa berwarna navy milik mas Bumi.

Mas Bumi menggeleng. "Aku langsung pamit saja ke Mama, abis itu pulang."

Sepertinya hari ini benar-benar menguras tenagaku dan mas Bumi. Bahkan saat antre di bank tadi, aku mendapati mas Bumi terus-terusan menguap. Aku saja sampai ketiduran sebentar di mobil saat perjalanan pulang tadi.

Sambil beriringan, aku mempersilakan mas Bumi untuk masuk ke rumah dan menemui Mama. Tapi, bukannya langsung menemui Mama saat pintu terbuka, aku justru menemukan sosok yang nggak asing sedang duduk di sofa ruang tamu.

Aku nyaris meloncat dan menyenggol mas Bumi yang ada di belakangku.

"Arga?" Panggilku.

Arga yang sebelumnya sedang sibuk mengotak-atik ponselnya, seketika mendongak.

Sore ini, dia mengenakan t-shirt berwarna abu-abu yang dibalut dengan canvas jacket andalannya sejak SMA.

"Hai, Ra.." sapanya ringan.

Badanku udah sepenuhnya masuk ke dalam rumah "Tumben sampai sini?"

Arga nyengir. "Main.."

Tepat saat Arga menjawab pertanyaanku, mas Bumi melanjutkan langkah kakinya untuk sepenuhnya masuk ke dalam rumah juga.

Aku bisa merasakan ekspresi Arga yang sedikit terkejut, karena tiba-tiba dia bangkit dari duduknya.

Satu detik.

Dua detik.

Sampai sepuluh detik, nggak ada yang berinisiatif mengawali salam.

Baik lah, saatnya aku mengambil peran.

"Mas.. kenalin. Ini temanku; Arga." Aku menyentuh kedua sisi pundak mas Bumi dan mengarahkannya maju ke depan untuk menyapa.

Lagi. Mereka berdua hanya bertatapan.

Perasaanku doang, atau mereka berdua ini jadi terlihat aneh, ya?

Spontan, aku melotot kepada Arga. Menyadari hal itu, Arga mengangguk canggung. "Arga." Dia mengulurkan tangan kanannya.

"Bumi." Balas mas Bumi dengan menyambut uluran tangan tadi.

Udah.

Terus, ini gimana, ya enaknya?

"Mas.." panggilku. Sepertinya akan lebih terlihat normal kalau kami bertiga segera duduk sambil minum minuman yang segar, atau sekadar bercengkerama.

Eh, tapi, bercengkerama soal apa?

"Mau aku ambilin minum sekalian?" Aku mempersilakannya untuk duduk.

Mas Bumi menggeleng ringan. "Aku langsung pamit aja. Mama mana?"

Ditanya begitu, aku langsung celingukkan.

Mama kemana, ya? Biasanya beliau adalah orang pertama yang paling senang dalam hidupnya ketika didatangi tamu. Aku meletakkan tas jinjingku, dan berniat untuk menuju ke ruang keluarga; biasanya jam segini sih Mama masih stand by disana sambil bacain tabloid.

9096 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang