29

12.5K 1.5K 37
                                    

Here it is!

Today is the day!

Dari semalam, sampai pagi ini, yang ada di pikiranku hanyalah presentasi business plan hari ini. Argh. Ya mulas, ya pusing, ya sesak. Nano-nano rasanya!

Urutannya adalah Kiran dulu, baru aku.

Sekarang, udah hampir 30 menit Kiran ada di dalam ruangan bu Hesti. Bersama dengan pak Rio; Managing Consultant kami, dan pak Haryo; Associate Director pada profit center kami.

Karena estimasi presentasi adalah kurang lebih satu jam per orang, aku memilih untuk membaca-baca lagi materi presentasi yang udah aku print out di pantry kantor.

Huhuhu saat ini aku sedang sendirian, dan saat sendirian ini lah yang paling aku nggak suka di saat-saat critical. Kadang, aku suka benci dengan diriku sendiri yang merasa bahwa semuanya harus perfect. Hal itu jadi terkesan—ambisius? Oleh karena itu, setidaknya aku butuh teman untuk mengobrol di saat-saat seperti ini agar aku nggak terlalu terpaku dengan presepsiku sendiri terhadap presentasiku nanti.

Sialnya, Didi udah semenjak dua jam yang lalu keluar kantor untuk store visit sekalian makan siang. Anak-anak kantor lain, mana sempat, karena ada beberapa top management yang hadir untuk presentasi business plan hari ini, mereka pasti lebih memilih untuk merapikan dan mengerjakan pekerjaan masing-masing, just in case kalau ada sidak dadakkan.

Aku mau nangis saja rasanya sekarang.

Aku bukan type orang yang 'penting maju dulu dan selesai hari ini, sisanya gampang'. In fact, aku adalah type orang yang kalau udah dikasih kesempatan, harus aku manfaatkan dengan benar-benar, dan mumpung ada kesempatan, jangan asal main selesai untuk mengejar lega dan kepuasan sementara doang. Aku ingin business plan hari ini segera selesai, tapi juga dengan hasil yang memuaskan.

Nggak lama, ponselku membunyikan satu notifikasi pesan.

+62 813 2741-xxxx
Ra,  siang ini langsung ketemu di lab aja, ya. Maaf nggak bisa jemput.

Dari mas Bumi. Saat makan siang nanti, kami ada janji bertemu di sebuah laboratorium untuk premarital check up di sebuah laboratorim klinik di daerah Setiabudi.

Aku mengiyakan pesan mas Bumi, dan kembali fokus kepada apa yang aku akan hadapi saat ini.

Sesaat kemudian, aku dipanggil mbak Tantri; sekretaris bu Hesti untuk masuk ke dalam.

Deg.

Hah? Cepet banget?

Aku penasaran, tapi yang ada, aku tetap menurut dan membuntut mbak Tantri menuju ruang meeting.

Saat masuk ke ruangan, aku melihat pak Rio, pak Haryo, bu Hesti, dan Kiran udah duduk melingkar dengan satu buah laptop di masing-masing mejanya.

Wait, ini Kiran benar udah selesai?

Saat hendak duduk, bu Hesti mengisyaratkanku untuk langsung maju ke depan dan memulai presentasiku.

Bahkan nggak ada break untuk mereka dari presentasi pertama ke presentasi kedua.

Sejenak, aku menatap Kiran. Aku ingin melihat bagaimana ekspresinya setelah presentasi. Nihil. Dia hanya terus menunduk menekuri ponselnya. Astaga, aku jadi semakin deg-degan. Ekspresinya kayak habis dibantai dan dikeramasi petinggi-petinggi ini dengan pertanyaan yang luar bisa kritis dan maut, tahu, nggak?

Aku menghela nafas yang cukup panjang setelah materi file presentasiku udah tampil di layar proyektor.

Oke, Arawinda, it is your showtime.

9096 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang