6

16.2K 2K 79
                                    

Aku terus-terusan melempar tatapan penuh dendam kepada Didi.

Asli. Aku pingin kruwes-kruwes dia, sekarang juga.

Didi membalas tatapanku. Tatapan matanya berubah melas. Mulutnya terus-terusan mengucap kata "sorry" tapi tanpa suara. Telapak tangannya bolak-balik ditelungkupkan seperti dia akan keliling di acara halal bihalal.

Didi Hadid, junior kesayanganku, baru saja menyetujui permintaan seorang Kiran untuk nebeng di mobilku karena dia akan menghadiri meeting di luar juga; hanya saja, dia dengan team Promotion.

"Aku turun di pom bensin depan aja, Ra.. setelahnya aku bisa nyebrang," kata Kiran di bangku belakang.

Aku meliriknya lewat kaca spion tengah, kemudian mengiyakannya dengan senyum tipis.

Hening.

Aku nggak pernah secanggung ini saat berada di dalam mobil. Padahal juga dengan Didi.

"Ati-ati ya, Ra, kalau nego sama tim Purchasing. Mereka agak alot orang-orangnya. Apalagi mas Bayu, leadernya. Dia self oriented banget, yang dia pentingin ya cuma team dia. Padahal kita satu perusahaan." Kiran memecah keheningan di antara kami.

Aku menyambutnya dengan satu seringai senyum yang hambar.

PLEASE, LAH. I KNOW WHAT I AM GOING TO DO. DON'T TEACH ME THAT WAY.

"Iya," jawabku sekenanya.

Asli. Males banget.

Pingin buru-nuru nurunin curut satu ini.

"Tapi, sebenarnya mas Bayu itu bisa dilobby, sih. Kamu bujuk aja dia pakai Trousers yang akhir-akhir ini viral di TikTok itu. Biar dia agak triggered juga.."

HUHUHU. CAN YOU JUST KEEP QUIET?

Jauuuuh sebelum dia mengatakannya, hal itu sudah aku pikirkan, dan aku lakukan. Ulangi. Itu semua sudah aku pikirkan, dan aku lakukan.

"Setahuku, ya, mas Bayu itu kalau-"

"Depan sana udah pom bensin, Ran. Mau turun di sebelah mana?" Potongku buru-buru. Telinga dan hatiku udah nggak sanggup lagi menanggapi Kiran dan segala tingkah laku si paling ngerti-nya.

Kiran berdeham. "Udah, di depan situ aja, nggak pa-pa.."

He he he, sebenarnya pingin turunin dia di tengah jalan yang ramai sekalian.

Mobilku minggir dan berhenti dengan mulus.

"Thank you tumpangannya. Good luck ya, Ra.." katanya sambil menepuk bahuku, kemudian membuka pintu mobil dan keluar. Setelah menutup pintu mobil, aku menunggunya untuk menyeberang jalan. Memastikan bahwa nggak ada yang mencelakai si paling ngerti Kiran saat sedang menuju ke tempat meetingnya.

Dia nggak boleh celaka dulu. Pertandingan kami masih seru.

"Sorry, Ra.." kata Didi yang langsung memecah fokusku.

Aku masih diam, kemudian dengan tenang melajukan kembali mobilku.

"Didi.." panggilku dengan lembut.

Dia tampak bergeming. "Iya, Ara.."

Aku terkekeh sinis. "Coba Didi pegang telinga Ara.." kataku, masih dengan nada lembut. "Coba sini, tangannya.." aku meraih tangan Didi yang ada di sebelah bangku kemudi, kemudian mengarahkannya ke telingaku.

Didi nurut aja.

"Panas, nggak?" Kataku. Masih dengan nada lembut kok.

Didi nyengir. "Dikit, Ra.."

9096 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang