26

12.8K 1.7K 34
                                    

"Mas bawa berapa bajunya?" Sapaku begitu mas Bumi memasuki mobil.

Sore ini, aku menjemput mas Bumi di kantornya karena setelah ini, kami akan langsung ke studio foto. Mohon maklum, ya, namanya juga menikah yang dikejar dateline super mepet. Entah deh nanti hasil foto dua orang yang selesai bubaran ngantor langsung photoshoot tampangnya akan bagaimana.

"Formal dan non-formal 'kan?" Dia menjinjing ranselnya. Aduh, kok masuk ransel.

"Aku bawa kemeja sama sweatshirt." Dia menambahkan. Yaudah, untung aku bawa portable steamer iron untuk merapikan baju. Jaga-jaga kalau kejar tayang begini, pasti ada saja yang nggak terduga.

Aku mengangguk. "Oke. Berangkat sekarang ya, mas." Aku memantapkan dudukku di balik kemudi, sambil menunggu mas Bumi memasang seat belt-nya.

"Kamu udah makan belum?" Tanya mas Bumi.

Aku dengan ringan menggeleng. "Mau photoshoot. Nanti kelihatan buncit."

Beneran. Aku makan sedikit saja tuh perut langsung kelihatan offside banget. Apalagi nanti aku pakai dress, bisa-bisa malah kelihatan seperti maternity shoot.

Ada dengusan kecil di sebelahku.

***

Kami janjian dengan pihak studio dan photographer pada pukul 17.00. Tapi, aku dan mas Bumi udah sampai di tempat pada pukul 16.00.

Setelah sampai, kami dipersilakan oleh salah satu staff untuk memasuki ruangan yang aku pikir adalah ruangan untuk kami nanti melakukan sesi foto. Nyatanya, kami diberikan tempat berupa ruang tunggu a la a la idol kalau sedang berada di backstage konser. Ruangan ini dilengkapi dua sofa panjang yang saling berhadapan, cermin dan meja yang cukup banget buat aku dandan nanti, toilet, dan sebuah lemari pendingin berisi minuman dan snack. Asli. Keren banget fasilitas studio foto ini.

Ruangan yang nyaman begini, seketika membuat mood meterku naik. Dengan segera, aku mengeluarkan dua setelan yang udah aku siapkan dari koper. Iya, si ribet Arawinda ini sampai bawa koper. Iya, sepaket dengan hanger dan portable steamer iron-nya.

"Kemeja mas, mana?" Tanyaku.

Mas Bumi yang sedang duduk di sofa, segera mengeluarkan seluruh isi ranselnya. Ada satu kemeja berwarna broken white, satu sweatshirt berwarna navy, dan satu celana kain berwarna light grey. Boleh juga pilihan outfit mas Bumi. Padahal seingatku, aku hanya menyebutkan jenis dan warna outfit perempuan apa yang akan aku kenakan besok, dan sisanya aku serahkan sendiri kepada mas Bumi akan pakai outfit laki-laki menurut seleranya saja, nggak aku batasi.

"Aku bantu setrikain ya, kemejanya.." aku meraih kemeja berwarna broken white dan celana kain tadi, kemudian menggantungnya dengan hanger. Begitu juga dengan silk dress yang akan aku pakai. Untung di ruangan ini disediakan gantungan baju yang menunjang.

Belum ada 5 menit aku merapikan setelanku dan setelan mas Bumi, tiba-tiba mas Bumi menghampiriku.

"Ini cara pakainya gimana, Ra?" Tanya mas Bumi sambil terus memperhatikan portable steamer iron yang ada di genggamanku.

"Sama kayak pakai setrika kok, mas.." aku masih terus menarik dan meluruskan setiap permukaan kemeja mas Bumi. "Tinggal digosok aja ke permukaan atau lipatan yang kusut."

"Oh, kalau gitu, aku saja, Ra.." mas Bumi menengadahkan tangannya.

Aku melongo.

9096 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang