27

13.3K 1.7K 85
                                    

Mau tahu nggak apa yang baru saja aku investasikan dan menurutku paling worth it tahun ini?

Baru saja terjadi.

Yup, investasi dalam bentuk foto di photoshoot sore ini.

Aduh, pantas saja si Arsana ini menjadi salah satu Ambassador Fujifilm. He really captures the moment and captures the feeling. Asli. Orang-orang kenapa pada ajaib-ajaib, ya..

Begitu masuk ke studio, Arsana mempersilakanku dan mas Bumi untuk duduk di sebuah ujung ruangan yang terdapat sebuah kursi panjang, dengan karpet tebal di bawahnya. Karena kayaknya lebih comfy untuk lesehan, aku mengajak mas Bumi untuk duduk di atas karpet tadi saja.

You know what? Begitu duduk, aku dan mas Bumi  diminta untuk duduk berdekatan dan mengobrol. Serius, kami hanya diminta untuk mengobrol. Arsana juga nggak berkata apa-apa lagi setelah itu, dan langsung stand by di balik kameranya. Satu pesan Arsana yang aku ingat; dalam keheningan dan membiarkan momen mengalir begitu saja akan begitu banyak emosi yang bisa keluar dari pasangan.

Karena sebelumnya aku dan mas Bumi jarang mengobrol, akhirnya kami memutuskan untuk mengobrol tentang makan malam apa yang cocok setelah sesi foto ini karena sekarang aku laper banget.

Aku sih awalnya bingung dan nggak terlalu menangkap. Tapi, justru pada titik inilah aku jadi sedikit mengetahui sisi-sisi baru seorang Bumi Adikara.

"Ara mau makan apa setelah ini?" Tanya mas Bumi sambil menatapku dalam. Posisi duduk kami berdua saling bersebelahan.

Entah kenapa, dengan jarak sedekat ini, mas Bumi kelihatan berbeda banget. Rambutnya yang beberapa hari lalu sedikit acak-acakkan karena mulai memanjang, kini udah dipotong jenis classic dan dirapikan dengan gel rambut. "Pingin sate ayam." Jawabku setelah sadar dari lamunan singkat.

Mas Bumi nyengir. Mungkin juga geli dengan jawabanku. "Benar, nggak?" Dia sedikit menundukkan kepalanya saat menghadapku; merapatkan bahunya kepadaku.

"Benerrr.." jawabku sedikit gemas. Mukanya kelihatan lucu banget kalau dari dekat seperti ini, Ya Allah..

"Ara bawa jaket?" Dia menyentuh ujung lenganku yang terbuka karena silk dress yang aku kenakan saat ini tanpa lengan, dan hanya bertali spagetti di kedua sisinya.

Darahku sejenak berdesir. Entah karena dinginnya AC ruangan ini atau memang there is something else.

"Nggak bawa.." jawabku setengah gelagapan.

"Nanti pakai jaketku, ya.." dia menunjuk ranselnya yang ada di ujung ruangan.

Aku mengiyakan.

"Besok kalau pakai baju seperti ini, jaga-jaga bawa jaket." Ujar mas Bumi yang terlihat seperti sebuah omelan di mataku.

Kami berdua sama-sama terkekeh. "Iya," jawabku.

Selanjutnya, tanpa sadar kami jadi berbagi informasi diri dari satu sama lain. Lewat pembicaraan selama sesi foto tadi, aku menjadi tahu lebih banyak hal tentang mas Bumi, especially about his apetite. Tentang dia yang nggak terlalu suka minum teh atau bahkan kopi, seperti stereotype mas-mas kebanyakkan. Dia hanya suka minum air putih. Apalagi air putih dingin! It's his favourite. Mas Bumi nggak bisa makan makanan yang pedas. Terus, baginya, makanan paling sederhana pun tetap nikmat asal disajikan dengan nasi panas. Wah, dari sini, aku jadi bisa sedikit menilai kalau mas Bumi ini orangnya nggak neko-neko; setidaknya dari segi selera makan.

Mungkin setelah Arsana mendapatkan momen yang dia inginkan, ia akan menyela pembicaraanku dan mas Bumi sejenak untuk meminta kami berdua bertukar posisi duduk, atau pindah sudut ruangan. Benar-benar satu setengah jam sesi foto yang jadi nggak terlalu terasa. Aku menikmatinya.

9096 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang