Acara pengajian baru saja selesai setengah jam yang lalu. Para tetangga dan kerabat udah ada yang langsung pamit pulang, tapi ada juga yang masih ngetem di area pekarangan sambil mengobrol dengan Papa atau Mama.
Sementara itu, keluarga besar dari Papa yang kebanyakkan dari Solo, dan keluarga besar Mama yang kebanyakkan dari Surabaya baru akan tiba di Semarang besok. Jadi, pengajian malam ini memang lebih banyak dihadiri oleh tetangga, kerabat, dan teman kantor Papa atau teman arisan Mama.
Oh iya, jangan lupakan kedua sahabatku juga; Gemi dan Arga yang bela-belain datang setelah jam pulang kantor banget.
Kini, kami bertiga sedang berkumpul di garasi mobil. Ya, seenggaknya tempat ini yang paling nyaman dan tenang untuk mengobrol. Beruntung di garasi ini disediakan tempat duduk dan ventilasi yang cukup.
"Berarti, mulai besok ya, dipingitnya?" Tanya Gemi sambil melepas jilbabnya. Sepertinya dia mulai gerah.
Aku mengangguk.
"Kalau begitu, aku mulai menginap malam ini deh." Dia mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp. Ya, kelihatannya dia langsung memberi kabar ke orang rumah kalau malam ini dia nggak pulang.
Arga hanya tersenyum tipis.
Satu hal yang aku sadari semenjak pertemuanku dengan Arga beberapa hari lalu adalah.. dia jadi lebih diam dan nggak terlalu banyak bicara. Ya, aku kurang paham apakah pertemuan terakhir kami menyinggung perasaannya, tapi.. apakah wajar kalau dia sampai seperti ini?
"Jadi, kumpul di venue jam berapa besok?" Tanya Arga setelah dia diam beberapa saat.
"Akadku jam 8 pagi." Jawabku.
"Make up-mu?" Gemi menyeruput es kuwudnya dan menyendok beberapa serutan buah melon dari dalam gelasnya.
Aku meringis. "Jam 4 pagi udah harus stand by."
Arga dan Gemi kompak berdecak.
Aku jadi membayangkan betapa hectic-nya nanti. Untungnya, aku menyewa beberapa kamar di hotel untukku dan keluarga inti supaya aku nggak perlu ribet bolak-balik. Termasuk untuk keluarga inti mas Bumi juga.
"Makanya pas dipingit nanti, aku benar-benar kudu istirahat sih." Jelasku. Anehnya, begitu dapat cuti, jam istirahatku malah jadi semrawut begini.
"Dipingit itu berarti nggak boleh ketemu pasangan sama sekali, ya?" Tanya Gemi.
"Kayaknya sih begitu, ya.." aku nggak yakin. Sementara aku teringat bahwa pernah ada salah satu temanku yang hari besok nih dia menikah, sore hari sebelumnya masih clubbing dengan pasangan. Ya, bebas sih. Cuma.. apa, nggak masuk angin, ya.
Gemi mengangguk paham. "Lagi pula sehari doang. Besoknya udah ketemu lagi. Dipingit zaman sekarang beda tahu sama zaman dulu. Mamaku cerita, dulu pas dia mau menikah, dipingitnya sampai dua minggu. Kebayang, nggak, stress-nya kayak apa?"
"My introvert ass would like it sih.." celetuk Arga.
Gemi tampak nggak terima. "Ya, seintrovert-introvertnya kita. Emangnya kita nggak kangen sama pasangan?"
Aku mendadak berpikir. Kangen nggak, ya? Selama ini juga aku dan mas Bumi nggak setiap hari ketemu. Astaga, kita tuh bahkan ketemunya kalau ada perlu aja. Yang benar-benar ketemu di waktu senggang nggak pernah ada.
Karena nggak ada yang menanggapi pertanyaannya, Gemi menepuk pelan pahaku. "Kamu kalau dipingit dua minggu betah nggak?"
Otakku tiba-tiba nge-freeze.
"Tuh! Ara aja nggak mungkin betah kalau nggak ketemu Bumi dua minggu. Jangankan dua minggu, aku yakin deh besok kalian udah video call-an padahal cuma dipingit sehari doang." Cibir Gemi.
KAMU SEDANG MEMBACA
9096 (Complete)
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) (BEBERAPA PART DIHAPUS) - "Aku hamil, Pa.." Kata Seruni. Shit. Aku hampir meloncat dari sofa karena saking kagetnya. Papa seketika melotot. "Runi, kamu jangan bercanda, ya!" Adikku menghela nafasnya. "Kita semua kumpul kaya...