"Kau lebih memilih menghadiri sayembara Putri Andira dibanding adikku, kau memenangkan sayembara itu dan kau menikahi Putri Andira dibanding menikahi adikku. Dia mengirimimu surat yang berisikan bahwa dia sangat mencintaimu Raja Andrian, tapi sayangnya suratnya itu tidak mendapatkan jawaban darimu, dan parahnya lagi dia mendengar bahwa dirimu telah memenangkan sayembara di Kerajaan Astrata. Adikku begitu mencintaimu sampai-sampai dia kabur dari kerajaan kami, dia hilang kendali atas dirinya karenamu Raja Andrian. Ku kira seiring berjalannya waktu dia akan menerima hal ini, tapi sayangnya adikku lebih memilih bunuh diri dibanding melanjutkan hidupnya. Dia meninggalkan kami tepat ketika dia mendengar kabar tentang pernikahanmu, aku kehilangan adikku karena mu Raja Andrian, karena mu. Mengetahui itu, aku sebagai kakaknya tidak terima akan hal itu, aku tidak terima dengan apa yang menimpa adikku, jika adikku tidak bisa mendapatkan seseorang yang ia cintai maka kau juga tidak bisa hidup bahagia bersama istrimu itu. Aku sangat tahu bahwa kerajaan mu adalah kerajaan terkuat, karena itu kami memutuskan untuk mempersiapkannya terlebih dahulu sebelum kami mulai menyerang kerajaan mu tanpa persiapan yang matang. Dan saat ini akhirnya pembalasan itu tiba, sebentar lagi seorang kakak akan membalaskan dendam dari adiknya."
'Ada seorang gadis yang rela bunuh diri hanya karena mendengar bahwa aku menikah dengan gadis lain? Setampan itukah diriku sampai semua orang memperebutkanku? Tapi bagaimana mungkin gadis itu mencintaiku, sedangkan aku tidak tahu siapa dirinya? Melihatnya pun aku tidak pernah' batin Raja Andrian kebingungan.
"Aku tidak mendapatkan surat dari adikmu Raja Branata, aku tidak mendapatkannya." ucapnya.
"Tidak usah berbohong padaku Raja Andrian, jika kau memang tidak menyukai adikku setidaknya balaslah suratnya. Aku tau kau pangeran yang baik, aku tau kau sangat dermawan, tapi aku sangat kecewa ketika kau memperlakukan adikku seperti itu. Aku tidak terima Raja Andrian, aku tidak terima. Bagaimana jika hal ini menimpa adikmu sendiri? Apa kau hanya akan diam menerima semuanya? Tentu tidak kan?"
"Percayalah padaku Raja Branata, aku tidak menerima surat dari adikmu."
"Bilang saja kau lebih memilih Putri Andira itu."
"Siapa nama adikmu?"
"Maliska"
"Maliska? Aku tidak pernah mengenalinya Raja Branata."
"Tidak mengenalinya?"
"Iya, aku bersumpah tidak mengenalinya."
"Jika kalian tidak saling kenal, bagaimana mungkin adikku mengirimimu surat? Kau pendusta besar Raja Andrian."
Pembicaraan mereka terus berlanjut, sedangkan diluar sana Pangeran Anggara sedang menunggu perang ini agar segera dimulai, namun dia belum mendapati kakaknya itu. Firasatnya semakin tidak enak ketika belum melihat tanda-tanda kakaknya keluar dari tenda itu. Dia memang sangat membenci sang kakak, namun dia tidak rela jika sang kakak mati di tangan musuh, lebih baik mati di tangannya saja.
Karena firasatnya itu dia akhirnya menyusul sang kakak diam-diam, dan saat memasuki tenda benar saja ia melihat dua raja sedang berkelahi. Segera dia membantu sang kakak dan berhasil mengalahkan Raja Branata. Raja Andrian dengan Pangeran Anggara saling membantu untuk bisa mengalahkan Raja Branata yang penuh amarah karena kehilangan adiknya.
"Aku tidak menyangka jika Kerajaan Malaka seperti pengecut yang menyerang dari belakang, Raja bodoh." ucap Pangeran Anggara kepada Raja Branata.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBARAWA
FantasyAkankah cinta harus berakhir lantaran maut yang memisahkan antara sepasang kekasih yang memang ditakdirkan untuk hidup bersama? Bagaimana menurutmu? Menurut sebagian orang, kematian mungkin merupakan akhir dari segalanya, namun ada juga yang percaya...