Sejak Pangeran Elbrata kembali ke kerajaannya, Putri Adara tetap berada di dalam ruangannya dan tidak berniat untuk keluar. Pikirannya terus bertarung dengan kemauan hatinya. Satu sisi pikirannya mengatakan bahwa ia harus merelakan seseorang yang dicintainya demi kebahagiannya, namun di sisi lain hatinya mengatakan bahwa ia harus tetap memperjuangkan cintanya. Antara hati dan pikiran, manakah yang harus ia dengarkan?
Dengan isak tangisnya yang terus menjadi jadi, Putri Alika pun tertidur dalam balutan kesedihannya.
'Apa ini Tuhan? Kau kembali memainkan perasaanku, Kau kembali mematahkan hatiku. Ku kira cintaku kali ini akan berhasil memeluk hatinya, namun sayangnya Kau kembali menamparku. Masih ku ingat dengan jelas kapan aku mencintainya, dan bahkan sampai saat ini pun aku masih mengingatnya, tapi sedikitpun Kau tidak membiarkanku untuk memilikinya, bahkan dalam satu kehidupan pun. Jika memang dia tidak akan bisa kumiliki, lalu kenapa Kau selalu hadirkan rasa ini? Tidakkah Kau lelah memainkan hatiku? Tidakkah Kau merasa kasihan denganku Tuhan? Ada yang mengatakan bahwa kita tidak boleh menyukai milik orang lain, tapi bukankah aku yang lebih dulu menyukainya? Bukankah aku yang pertama kali mengenalnya? Bukankah aku yang lebih dulu menyayanginya? Lalu bagaimana mungkin aku harus merelakannya untuk gadis lain? Bagaimana mungkin? Jika dia benar tercipta untuk gadis itu, kenapa harus Kau permainkan hatiku? Jika dia benar terlahir hanya untuk gadis itu, lantas kenapa Kau melibatkan aku diantara kisah cinta mereka? Kenapa Tuhan? Apa yang ingin Kau buktikan dengan melibatkan aku dalam kisah cinta ini? Apa? Hatiku sudah hancur di kehidupan sebelumnya, dan saat ini pun Kau kembali menghancurkan hatiku sekali lagi. Bukankah seharusnya Kau adil pada ciptaan mu? Lalu keadilan seperti apa yang Kau berikan untukku? Bagaimana dengan perasaanku Tuhan? Bagaimana? Haruskah aku kembali meratapi nasibku dalam kobaran cinta yang tiada hentinya? Haruskah aku merelakan dia bersama gadis yang ia cintai? Lalu apa yang harus kulakukan dengan cintaku? Apakah cintaku tidak se murni cinta mereka? Apakah cintaku tidak se suci cinta mereka? Apakah benar demikian, sehingga dalam setiap kehidupan cintaku selalu kalah? Aku memaklumi kisah cintaku yang harus berakhir di kehidupan sebelumnya, tapi haruskah cintaku harus berakhir di kehidupan ini juga? Jika cintaku salah tempat, kenapa tak Kau biarkan aku mencintai pria yang memang kau ciptakan untukku? Kenapa tidak Kau hadirkan seorang pria yang juga mencintaiku? Aku percaya bahwa takdirmu tidak pernah salah Tuhan, takdirmu tidak akan pernah meleset dari garisnya. Tapi kenapa kau selalu mematahkan kepercayaan ku padamu?' ucap Putri Adara dibawah alam sadarnya.
•••••
Dengan hentakan kudanya, Pangeran Elbrata kembali menuju Kerajaan Ambarawa. Di sepanjang perjalanan dia selalu mengingat dengan apa yang sahabatnya katakan, ia begitu tidak percaya bahwa sahabatnya itu begitu mencintainya. Di satu sisi ia tidak ingin jika hati sahabatnya terluka akibat dirinya, sedangkan di sisi lain tak bisa ia pungkiri bahwasanya ia tidak bisa membohongi hatinya sendiri. Rasa kasih sayang yang ia tunjukkan untuk Putri Adara itu hanya sebatas kasih sayang seorang kakak pada adiknya, bukan kasih sayang seseorang yang saling mencintai.
'Apa ini Tuhan? Sebenarnya apa yang sedang ingin Kau tunjukkan padaku? Siapa aku sebenarnya? Kenapa aku tidak bisa mengingat siapa diriku? Benarkah ucapan Dara yang mengatakan bahwa aku adalah Pangeran Adikara yang terlahir kembali untuk menyempurnakan cintaku bersama Putri Putri Adisti? Jika benar demikian, siapakah gadis itu? Dimanakah Adisti lahir? Apakah gadis yang kutemui di pasar waktu itu adalah Putri Adisti yang terlahir kembali? Jika itu benar, kenapa tidak Kau pertemukan kami sekali lagi? Ingatanku tentangnya tidak pernah bisa kuingat, bahkan aku lupa dengan dirinya Tuhan, aku lupa. Tolong katakan padaku apa yang harus kulakukan? Haruskah aku tetap menunggu kehadiran gadis itu, atau memilih Dara untuk menjadi istriku?' ucap Pangeran Adikara.
•••••
"Ayah" ucap Aryana memasuki kamar ayahnya.
"Ada apa putriku? Kenapa kau terlihat begitu cemas?" ucap sang ayah.
"Jangan membohongiku lagi ayah, siapa ayah yang sebenarnya?"
Mendengar itu sang ayah menjadi sedikit khawatir, bagaimana mungkin putrinya menanyakan hal itu kepadanya.
"Jangan diam ayah, aku hanya ingin tau yang sebenarnya. Siapa ayah dan siapa aku yang sebenarnya?" ucap Aryana sekali lagi.
"Kau ingin tau siapa dirimu yang sebenarnya Aryana?" kalo ini ibundanya yang berbicara.
Aryana mengangguk.
"Selama ini kau sering memimpikan seorang pria, dan kau selalu menanyakannya pada ayahmu, biar bunda yang menjawab semua pertanyaanmu."
"Jangan sekarang istriku, Aryana tidak boleh mengetahuinya sekarang." ucap sang ayah.
"Lalu kapan kita akan memberitahukan padanya suamiku? Aryana harus tau siapa dirinya yang sebenarnya, dia harus tau apa tujuan dari kelahirannya. Jika kita selalu menunda nunda untuk memberitahukan semuanya padanya, maka semuanya akan terlambat suamiku. Saat ini Aryana sudah memasuki usia yang ke dua puluh tahun, dan memang sekarang lah waktunya untuk dia mengetahui yang sebenarnya. Mulai dari siapa ayahnya, siapa bundanya, dan siapa dirinya yang sebenarnya. Aryana harus tau tentang itu, dan sekarang lah waktunya."
Mendengar itu Aryana menjadi semakin kebingungan dengan apa yang orang tuanya katakan.
"Baiklah, tapi kita harus menunggu Ardana kembali. Ardana juga harus ada disini saat kita mengatakan yang sebenarnya pada Aryana."
"Dimana kakak? Aku akan memanggilnya untuk kemari ayah." ucap Aryana.
"Kau tunggu disini saja, sebentar lagi kakakmu pasti akan segera pulang."
"Tidak ayah, katakan padaku dimana kakak?"
"Dia sedang membeli sesuatu di pasar Aryana, kau tunggulah disini."
Mendengar itu Aryana pun mengangguk menuruti perkataan ayahnya.
•••••
"Bagaimana dengan Adara El?" ucap Ratu Andira ketika melihat Pangeran Elbrata memasuki ruangannya.
"Dia tidak mau kunikahi bunda, dia tidak mau jika aku harus mengorbankan cintaku hanya untuk cintanya. Apa aku sejahat itu bunda? Selama ini aku tidak pernah ingin menyakiti hati siapapun, lalu bagaimana mungkin sekarang aku menyakiti hati sahabatku sendiri? Aku tidak mau ini terjadi bunda, tapi kenapa semua ini terjadi padaku? Jika ada seorang gadis yang mencintaiku dengan tulus, kenapa aku tidak bisa mencintainya juga? Kenapa aku tidak bisa membalas perasaannya padaku, kenapa bunda? Adara sudah ada bersamaku sejak aku masih kecil, dia menjadi teman baikku, dia menjadi sahabatku. Tapi kenapa ketika dia mencintaiku, aku tidak bisa mencintainya? Kenapa aku lebih mencintai gadis itu yang hanya kutemui satu kali? Kenapa aku malah mencintai seorang gadis yang bahkan tidak ku tau namanya? Kenapa semua ini terjadi padaku bunda? Kenapa?" ucap Pangeran Elbrata lalu menyandarkan kepalanya di pangkuan ibundanya.
"Ikutlah bersamaku El, mungkin memang inilah saatnya untuk kau tau yang sebenarnya." ucap Raja Andrian yang baru saja memasuki ruangannya.
•••••
Jangan lupa vote dan komen yaa
See you next time
Sumenep, 17 July 2022
Revisi 18 Oktober 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBARAWA
FantasyAkankah cinta harus berakhir lantaran maut yang memisahkan antara sepasang kekasih yang memang ditakdirkan untuk hidup bersama? Bagaimana menurutmu? Menurut sebagian orang, kematian mungkin merupakan akhir dari segalanya, namun ada juga yang percaya...