"Apa kau sudah datang?" ucap seorang pendeta ketika mendengar suara langkah kaki seseorang yang tengah memasuki rumah kecilnya.
Mendengar itu, Raja Andrian kaget, ia tidak menyangka bahwa kehadirannya sudah diketahui oleh sang pendeta bahkan sebelum melihat dirinya.
"Bagaimana mungkin kau tau bahwa aku akan kemari pendeta? Bahkan itu tanpa melihatku terlebih dahulu?" ucapnya.
"Tentu saja, aku sudah lama menunggumu disini."
"Menungguku?"
"Iya"
"Apa kau juga tau apa maksud dari kedatanganku pendeta?"
"Apa yang tidak ku ketahui Andrian? Aku tau semuanya."
"Jika kau sudah tau semuanya, kenapa saat itu tidak langsung kau beritahukan pada kami pendeta?"
"Jika aku memberitahu kalian waktu itu, maka Tuhan tidak akan tau sejauh mana kalian berdua bisa bersabar kan?"
Mendengar itu Raja Andrian terdiam, jika dipikir-pikir ucapan dari pendeta memanglah benar.
"Kau memanglah Raja yang patut ditiru Andrian, bahkan disaat istrimu tak kunjung mendapatkan keturunan, kau tetap selalu bersamanya dan tak sesekali berniat untuk pergi meninggalkannya. Semoga saja di dunia ini masih banyak pria yang berhati sepertimu."
"Tidak pendeta, aku tidak sebaik itu untuk menjadi panutan semua orang. Aku belum bisa menjadi anak yang baik dan juga suami yang baik. Aku melawan bundaku sendiri, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika istriku menangis karena hinaan dari orang-orang. Aku tidak sebaik itu pendeta, tidak sebaik itu."
"Kau melawan ibumu sendiri karena membela istrimu kan? Istrimu tidak bersalah, lalu kenapa kau merasa salah akan hal itu?"
"Aku tau itu pendeta, tapi tetap saja pasti aku sudah menyakiti hati Bunda kan? Aku bukan anak yang baik pendeta."
"Itu tidaklah salah Andrian, jika demi kebenaran maka apapun bisa kita lakukan. Ibumu salah karena dia meminta sesuatu yang diluar kendali istrimu, dan dia pantas akan hal itu. Jadi tidak ada yang perlu kau sesali Andrian, semua yang kau lakukan sudah benar dan sesuai dalam garisan takdir."
"Lalu sekarang apa yang harus kami lakukan pendeta?"
"Kebahagiaan itu akan segera menghampirimu Andrian, dia akan segera hadir di antara kalian berdua."
"Benarkah pendeta?"
"Kau meragukan ucapanku Andrian?"
"Tidak pendeta, hanya saja aku ragu."
"Butuh bukti?"
"Tidak, tidak, aku percaya pendeta."
"Saat ini istrimu sedang sakit kan?"
Raja Andrian mengangguk.
"Panas di sekujur tubuhnya?"
"Iya pendeta."
"Sakit yang saat ini dialami istrimu itu adalah awal dari kebahagiaan yang kalian nanti-nantikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBARAWA
FantasyAkankah cinta harus berakhir lantaran maut yang memisahkan antara sepasang kekasih yang memang ditakdirkan untuk hidup bersama? Bagaimana menurutmu? Menurut sebagian orang, kematian mungkin merupakan akhir dari segalanya, namun ada juga yang percaya...