"Baiklah Angga, apa yang kau mau? Tahta kan? Baiklah, aku akan memberikannya padamu, ambillah tahta itu dan hiduplah dengan bahagia. Kau mau membunuhku? Ayo bunuh aku, ambil pedangmu dan bunuh aku sekarang juga. Jika itu yang bisa membuatmu bahagia maka aku rela kehilangan semuanya, aku rela Angga. Ambillah semua yang kau mau, tapi ku mohon kembalikan adikku yang dulu. Aku tidak mau adikku menjadi seperti ini, aku mau adikku yang dulu, aku mau Angga yang dulu. Angga yang ketika kecil selalu bermain denganku, Angga yang selalu mengikutiku kemana pun aku pergi, Angga yang selalu tertawa ketika bersamaku, Angga yang ketika kecil tidak pernah mau tidur sendirian dan selalu ingin tidur denganku, aku merindukan itu semua. Aku merindukanmu Angga, sangat merindukanmu. Tapi hanya karena mendengar hasutan orang lain, dia rela ingin membunuh kakaknya sendiri, benarkah itu? Tapi, tidak apa-apa aku menerimanya. Satu pesan dariku jagalah Ambarawa ini sebaik mungkin Angga, dan tolong antarkan Dira kembali ke kerajaannya. Sampaikan bahwasanya aku mati di tangan Raja Branata, bukan di tanganmu. Karena aku tau dia tidak akan bisa menerima hal itu jika ia mengetahuinya, tolong antarkan dia kembali ke kerajaannya. Aku rela semuanya diambil alih olehmu Angga, aku rela." ucap Raja Andrian dengan keadaan mata yang sudah tertutup.
'Maafkan aku Dira, aku tidak bisa menepati janjiku padamu untuk selalu bersamamu. Maafkan aku karena memberikan luka untukmu atas kehilanganku, jika mungkin tolong maafkan aku, maafkan aku Dira. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu.' batin Raja Andrian.
Ucapan dari sang kakak membuat tubuh Pangeran Anggara bergetar, hatinya seolah-olah tersadar akan perbuatannya yang memang salah. Rangkaian kalimat itu berhasil membuatnya sadar bahwasanya orang yang saat ini ada di hadapannya itu bukanlah musuhnya, melainkan kakaknya sendiri. Seorang kakak yang dulunya menjadi kebanggaan dan panutan baginya, bagaimana mungkin bisa menjadi musuhnya?
'Apa yang kau perbuat selama ini Anggara, dia kakakmu, bukan musuhmu.' batin Pangeran Anggara.
Pangeran Anggara mengambil pedangnya dan langsung membuangnya ke sembarang arah, ia langsung memeluk sang kakak. Tangisannya pecah ketika ia memeluk Raja Andrian, dan jujur saja dia sangat merindukan pelukan itu.
"A-apa yang kau katakan kakak bodoh, a-aku tidak mungkin sejahat itu, a-aku tidak mau jadi penjahat. Aku juga menyayangimu kak, sangat menyayangimu. Bagaimana mungkin tangan ini rela membunuh nyawa kakak yang paling ku sayangi? Bagaimana mungkin aku mengambil nyawamu hanya karena ingin menjadi seorang Raja kakak? Bagaimana mungkin? Akhir-akhir ini pikiranku dipenuhi amarah dan dendam terhadapmu, tapi hati kecilku menolak akan hal itu. Hatiku mengatakan jangan memilih jalan yang salah, tapi pikiranku selalu mengarahkan aku untuk mengambil jalan yang salah. Ku akui kau sangat bodoh kakak, tapi ternyata ada yang jauh lebih bodoh darimu, yaitu aku. Aku bodoh kakak, aku sangat bodoh. Sejak kecil kau selalu bersamaku, kau selalu menjagaku, dan kau tidak pernah membiarkan aku terluka, tapi kenapa saat kita sudah sama-sama besar aku malah ingin melukaimu? Percayalah kak, dari semua perbuatanku padamu, hatiku menolak itu semua. Jika mungkin tolong maafkan aku, aku ingin menjadi adikmu kembali, aku ingin menjadi kesayanganmu kak, aku ingin kembali."
Mendengar itu Raja Andrian membalas pelukan erat adiknya, ia bahagia karena pada akhirnya adiknya kembali padanya, walaupun hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Seburuk apapun dirimu, kau akan tetap menjadi adikku yang selalu ku sayangi Angga. Maafkan aku yang terkadang membuatmu marah, maaf. Mungkin selama ini aku tidak bisa menjadi kakak yang baik untukmu, untuk itu maafkan aku."
"Tolong jangan berkata seperti itu kakak, di satu sisi pun tidak ada bagian darimu yang menjadi kakak tidak baik untukku. Kau selalu menjadi kakak yang terbaik sejauh ini, dan akulah yang tidak bisa menjadi adik yang baik untukmu. Maaf kak, maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBARAWA
FantasyAkankah cinta harus berakhir lantaran maut yang memisahkan antara sepasang kekasih yang memang ditakdirkan untuk hidup bersama? Bagaimana menurutmu? Menurut sebagian orang, kematian mungkin merupakan akhir dari segalanya, namun ada juga yang percaya...