Tujuh bulan kemudian
Sejak memasuki usia kandungan yang ke tujuh bulan, Ratu Andira terbaring lemas tak berdaya. Seluruh tubuhnya memanas, bahkan di perutnya lebih panas lagi. Hal itu membuatnya cemas akan kandungannya, ia selalu berdoa supaya tidak terjadi apa-apa pada bayinya.
"Ada apa ini Dira? Kenapa tubuhmu menjadi panas seperti ini?" ucap Raja Andrian yang sangat khawatir dengan kondisi istrinya.
"Semoga bayi kita baik-baik saja."
"Aku panggilkan tabib ya, sebentar."
Tabib pun dipanggil untuk memeriksa kondisi Ratu Andira, namun setibanya di ruangan Ratu Andira sang tabib dikejutkan dengan tangannya yang terbakar ketika ia menyentuh perut sang ratu. Semua orang yang melihat hal itu menjadi sangat terkejut, ada begitu banyak pertanyaan yang timbul dari orang-orang yang melihat kejadian itu. Bahkan Raja Andrian yang melihat itupun sontak tak percaya atas apa yang ia lihat.
"Apa yang terjadi tabib? Kenapa tanganmu bisa terbakar?" tanya Raja Andrian yang kebingungan dengan apa yang baru saja ia lihat.
Tabib itu meringis melihat tangannya yang banyak mengeluarkan darah, "Mohon maaf yang mulia, saya pun bingung. Entah ada apa dalam perut yang mulia ratu, hingga tanganku bisa terbakar ketika aku menyentuhnya?" ucapnya.
"Itu tidak mungkin tabib, aku juga menyentuh perut istriku, tapi kenapa tanganku tidak terbakar sepertimu?"
"Berarti hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menyentuhnya yang mulia."
"Lalu bagaimana dengan kondisi Dira tabib? Apa yang harus kulakukan? Dan bagaimana dengan bayi kami?"
"Kulihat keadaan yang mulia Ratu Andira sangat lemas yang mulia, cobalah minta Ratu Andira makan buah-buahan supaya ada energi untuknya. Dan mengenai bayi yang mulia, kurasa bayi itu akan baik-baik saja selagi yang mulia Ratu Andira tidak mengalami pendarahan. Tapi jujur saja yang mulia, bayi ini sangat ajaib."
"Kira-kira kapan panas ini akan berakhir?"
"Mengenai itu mohon maaf yang mulia saya kurang tau, karena bagi saya ini baru pertama kali saya menemukan kejadian aneh seperti ini. Kita doakan saja semoga yang mulia Ratu Andira dan bayinya baik-baik saja."
•••••
Memasuki usia kandungan yang ke sembilan bulan, Ratu Andira masih merasakan panas yang tak kunjung hilang, namun rasa panas itu tak membuatnya kehilangan nyawanya. Dia selalu berdoa agar anaknya itu baik-baik saja dan bisa lahir dengan selamat.
Saat Ratu Andira hendak mandi tiba-tiba perut yang semula panas berubah menjadi sangat dingin layaknya es. Merasakan rasa yang berbeda itu, membuat Ratu Andira cemas apakah anaknya itu baik baik saja?
"Panggilkan Raja Andrian kemari, cepatlah." ucap Ratu Andira kepada salah satu pengawal di ruangannya.
"Baik yang mulia."
Pengawal itu pun pergi untuk memberitahukan pesan dari Ratu Andira. Tak butuh waktu lama, akhirnya ia menemukan Raja Andrian yang saat ini tengah berbicara dengan Pangeran Anggara.
"Salam hormat yang mulia." hormat pengawal itu dengan menyatukan kedua tangannya dan membungkukkan badannya.
"Ada apa?" tanya Raja Andrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBARAWA
FantasyAkankah cinta harus berakhir lantaran maut yang memisahkan antara sepasang kekasih yang memang ditakdirkan untuk hidup bersama? Bagaimana menurutmu? Menurut sebagian orang, kematian mungkin merupakan akhir dari segalanya, namun ada juga yang percaya...