07. Another Place

7.1K 793 44
                                    

Matahari baru saja terbenam dari ufuk barat, meninggalkan bumi dalam kegelapan menunggu bulan untuk menerangi nya.

Menghadirkan malam yang indah dengan ditemani oleh banyaknya bintang-bintang.

Di suatu tempat, tepat nya di dalam istana, Pangeran Jaemin tengah bersiap-siap untuk pergi menuju ke kediaman Permaisuri, istri nya.

Menyusuri lorong-lorong yang cukup panjang dan diterangi oleh lampu-lampu malam menjadi teman bagi Jaemin dalam perjalanannya.

Jaemin hanya pergi sendirian, tidak di kawal oleh pengawal seperti biasanya.

Beberapa menit kemudian, Jaemin telah sampai dikediaman Permaisuri.

"Dimana dia?" Tanya Jaemin pada pengawal yang berjaga di depan pintu.

"Permaisuri sedang berada di taman belakang, Yang Mulia." Jawab pengawal sambil memberi hormat.

Jaemin menganggukkan kepala mengerti, ia pun menjawab, "Katakan padanya bahwa aku menunggunya dikamar."

"Baik Yang Mulia." Ujar pengawal lagi.

Pengawal itu pun pergi menuju lokasi dimana Permaisuri berada.

"Mohon maaf Permaisuri, hamba ingin menyampaikan bahwa Pangeran Jaemin telah menunggu anda di kamar." Ucap pengawal.

Permaisuri yang sedang meminum teh ditaman pun menampilkan senyum bahagia dengan berita yang disampaikan oleh pengawal tersebut.

Ia kemudian bergegas untuk kembali menuju kamarnya menemui Sang Pangeran yang berstatus sebagai suaminya.

"Aku fikir kau tidak akan kemari malam ini Pangeran." Tanya Permaisuri ketika telah memasuki kamarnya.

Ucapan Permaisuri mengundang senyum remeh dari Jaemin.

"Atas dasar apa kau berfikir seperti itu? Lagipula ini adalah perintah Ibu Ratu, aku tidak akan berani untuk membantah." Jawab Jaemin.

Permaisuri terkekeh dan membalas, "Aku kira kau akan marah dan kabur atas hinaan yang disampaikan oleh Selir kepadamu, seperti yang pernah kau lakukan waktu itu."

Mendengar jawaban dari Permaisuri membuat Jaemin teringat dengan kejadian tempo lalu.

Ia pernah kabur dari perintah Sang Ratu untuk datang ke kediaman Permaisuri karena digulung emosi oleh hinaan yang disampaikan Selir.

Hingga pada akhirnya ia dimarahi habis-habisan oleh Sang Ratu karena di nilai buruk dan tidak melaksanakan perintah.

Permaisuri melangkahkan kakinya menuju Sang Pangeran.

Ia mengalungkan kedua tangannya dileher Sang Pangeran, "Ada apa Jaemin? Ahhh..lebih tepatnya, suamiku? Mengapa tiba-tiba kau melamun?" Tanya Permaisuri dengan tatapan sayu dan menggoda.

Jaemin mengeluarkan senyum kecil disalah satu sudut bibirnya, ia meletakkan kedua tangannya kesisi kanan dan kiri pinggang Permaisuri.

"Bukankah perkataanmu barusan terlalu menggelikan, Millena? Suamiku? Apa-apaan itu?" Tanya Jaemin disertai seringaian.

Millena berdecih pelan, ia membalas, "Apa yang salah dengan itu, memang benarkan kalau kau adalah suamiku?"

"Hanya kau yang beranggapan seperti itu Millena, sementara aku tidak. Jika bukan karena syarat dan kepentingan politik, aku tidak akan mau menikah dengan mu!" Jawab Jaemin.

Millena tersenyum remeh, "Ucapan mu masih saja tajam terhadapku Jaemin, bahkan setelah 6 tahun lamanya. Aku jadi sanksi bagaimana pendapat rakyat terhadap sikapmu ini, sikap asli yang tertutupi oleh topeng bodohmu itu."

UZURI || JAEMJEN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang