39. Appetizer

4.5K 614 63
                                    

Hari belum beranjak petang namun rasanya Jeno sangat malas untuk sekedar bergerak dari tempat tidur nya. Sebuah fenomena klasik yang terjadi pada setiap tahun nya menjadi alasan mengapa ia enggan untuk bangkit keluar.

Besok adalah hari genap pertambahan usia nya, angka 24 akan berganti menjadi 25, namun rasanya Jeno sangat ingin melewati nya saja tanpa harus mengalami nya. Angka 25 menjadi ketakutan Jeno selama ini.

"Bangunlah pemalas."

Sang kakak menerobos masuk dari luar pintu kamar nya, merecoki dirinya yang tengah berbaring memunggungi pintu.

"Jika kakak datang hanya untuk menganggu ku maka sebaiknya kakak keluar saja, aku sedang tak ingin diganggu."

Meski terkesan cuek, nada bicara yang digunakan Jeno masihlah sopan. Winter yang mendengarnya pun kian berdecak.

"Selalu saja seperti ini."

Winter mendekati tempat tidur Jeno, berjongkok tepat di depan tubuh Jeno yang tengah mengatupkan mata nya, enggan menatap diri nya.

"Kakak tentu tau alasan mengapa aku begini."

Si wanita mengangguk setuju, paham dengan apa yang Jeno bicarakan.

"Aku tahu, untuk itu lah mari kita rayakan."

Winter menarik selimut yang menutupi tubuh Jeno hingga terlihat lah raga sang adik yang sangat mengagumkan itu, meski malam belum sah berganti namun raga sang adik kini mulai menunjukkan perubahan. Kulit nya semakin cerah meski sudah berwarna putih pucat, pualam nya kian memerah merona disertai dengan aroma tubuh nya yang semakin menguat. Winter menggeleng ribut, ia hampir saja terhipnotis melihat rupawan sang adik.

"Jika kau bukan adik sekaligus calon Raja ku, maka sudah ku pastikan aku akan memangsa mu saat ini juga." Winter menggeram gemas, mengusir kegundahan dirinya yang hampir tertarik dengan pesona sang adik.

"Jika aku saja bisa begini, bagaimana dengan Jaemin ya?" Monolog nya dalam hati.

"Aku tahu kau lelah, tapi ada yang ingin bertemu dengan mu."

"Siapa?" Jeno menoleh menatap Winter hingga netra nya bertemu dengan netra sang kakak yang memandangi nya takjub.

"Kau pasti akan tahu Pangeran ku, untuk itu lah aku menjemput mu kemari."

Meski enggan, Jeno mulai beranjak dari tempat tidurnya, menuruti permintaan menyebalkan sang sepupu yang sayangnya lebih tua dari nya.

Saat akan memasuki ruang ganti pakaian, ia menoleh sebentar menatap tajam sang kakak, "Aku akan ikut, tapi berjanjilah kau akan mengantarkan ku kembali sebelum jam 10." Netra Jeno menggulir ke arah Jendela yang memperlihatkan cuaca di luar, "Aku tak ingin Jaemin menyaksikan fenomena aneh tubuhku, ia pasti akan takut."

Winter tersenyum tipis dengan tatapan jenaka yang sayangnya tak terlihat oleh Jeno, "Baiklah Yang Mulia Agung."








¤¤¤








Lembar demi lembar kertas berisikan keluhan rakyat bertebaran di meja kerja Jaemin, sejak pagi ia sama sekali belum keluar dari ruang kerja nya karena menyelesaikan tanggung jawab yang di embani.

Semenjak kondisi Raja Jeffrey memburuk, ia perlahan-lahan mengambil alih tugas sang ayah. Hanya tinggal menunggu waktu saja diri nya di angkat menjadi Raja nanti nya.

Saat buku laporan terakhir di tutup, terdengar beberapa ketukan pintu dari luar ruang kerja nya. Jaemin yang mendengar itu mempersilahkan sang tamu untuk menunjukkan eksistensi nya.

"Yang Mulia..."

Sapaan itu membuat Jaemin mengangkat kepala nya dan menatap seseorang yang berjarak beberapa meter didepan nya.

UZURI || JAEMJEN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang