26. Suspecious

6.8K 817 73
                                    

Jika suasana menggairahkan terasa pada kediaman pangeran tertua Ecazkar, lain hal nya dengan suasana yang terasa mencekam di kediaman Sang Putra Mahkota.

Setelah puas meluapkan amarah nya kepada sang kakak, lelaki bernama Jaemin tersebut melangkahkan kaki nya menuju kamar tempat sang pujaan hati berada.

Ceklekkk...

Sesaat setelah bunyi bukaan pintu terdengar, Jaemin membawa diri nya masuk, pandangan nya mengarah ke pemuda yang sedang duduk dengan cemas sembari menautkan jarinya.

"Jelaskan padaku, bagaimana dia bisa sampai masuk ke kamarmu?" Tanya Jaemin dengan aura mengintimidasi.

Jeno menatap dengan pandangan takut kepada Jaemin, bola mata nya bergerak ke segala arah, menghilangkan rasa gugupnya ketika bertatapan dengan Jaemin.

"JELASKAN PADAKU JENO!" Bentak Jaemin, suara nya bahkan terdengar sampai luar kamar.

Jeno terlonjak kaget, ia mundur beberapa langkah ketika posisi Jaemin berada di depan nya.

"Tahan... Aku tidak boleh kelepasan." Ucap Jeno dalam hati.

"Aku tidak tahu Yang Mulia."

"Bagaimana bisa kau tidak tahu sementara kau yang menempati kamar ini." Ujar Jaemin.

Jeno menggeleng tanda tak tahu, ia memberikan jawaban yang sama pada Jaemin.

"Aku benar-benar tidak tahu Yang Mulia, anak kecil tadi lah yang tiba-tiba masuk ke kamar ku ketika aku sedang tidur." Jawab Jeno jujur, ia menatap sorot mata Jaemin, berharap laki-laki itu mau percaya dengan penjelasan nya.

"Kau pikir aku percaya? Kau pasti ingin kabur kan jika aku terlambat beberapa detik saja tadi." Tuding Jaemin, ia kini memegang kedua tangan Jeno, menautkan jari nya dengan milik nya.

"Bagaimana aku bisa kabur jika kau selalu saja mengunci ku." Ujar Jeno, ia menghempaskan jemari Jaemin yang tertaut di jari lentiknya.

"Kau pikir aku akan percaya anak sekecil itu bisa membuka pintu ini?" Tanya Jaemin lagi, masih dengan nada dingin.

Jeno mendelik tajam menatap Jaemin, ia benci ketika harus menahan diri dihadapan Jaemin, "Tahan... Aku tidak boleh menghajar orang yang harus ku hormati." Batin Jeno.

"Terserah, aku tidak peduli kau mau percaya aku atau tidak." Jawab Jeno, ia melangkahkan kaki nya menuju tempat tidur, ingin menutup diri dengan selimut agar tak melihat lagi rupa Jaemin yang sangat menyebalkan menurutnya.

Grepp...

Belum sempat Jeno beranjak, tangan nya sudah lebih dahulu ditarik Jaemin menyebabkan tubuh nya limbung dan jatuh ke pelukan Jaemin.

Jeno mendongak menatap Jaemin yang berada di depan nya, tangan nya bersandar pada dada bidang Jaemin, pinggang ramping nya dipeluk dengan begitu posesif oleh Sang Penguasa.

"Y-yang M-mulia." Cicit Jeno gugup dengan posisi yang begitu intim.

Jaemin menunduk melihat Jeno yang begitu gugup berhadapan dengan nya. Ia mengangkat pelan dagu Jeno, ingin membuat pemuda rupawan itu fokus menatap diri nya.

"Aku tak suka bila ada orang lain yang menyentuh mu selain diri ku." Ujar Jaemin dengan nada rendah nya.

Jeno semakin menciut mendengar suara rendah Jaemin.

"Kau sempat menggendong anak itu?" Tanya Jaemin.

Jeno menganggukkan kepala, menjawab "Iya" atas pertanyaan Jaemin.

"Katakan padaku apa anak laki-laki itu sempat menyentuh mu disini?" Tunjuk Jaemin pada leher sang pujaan. Ia sangat mengenali watak sang keponakan yang sangat suka mendusel di leher orang ketika sedang digendong.

Jeno diam tidak tahu mau menjawab apa.

"Jawab sayang~" Ujar Jaemin halus meski tersirat ancaman didalam ucapan nya.

"Y-ya d-dia sempat mencium leher ku." Jawab Jeno.

"Bagaimana bisa kau membiarkan anak laki-laki itu mencium leher mu? Kau bahkan selalu menolak ku ketika aku ingin menyentuhmu." Kesal Jaemin.

"A-aku t-ttidak— Eungghhh~" Desahan pelan terdengar dari bibir Jeno ketika merasakan bibir panas Jaemin menyapa kulit leher putih nya yang tidak tertutupi selendang.

"J-jangan Yang Mulia." Pinta Jeno yang kini berusaha mendorong Jaemin agar menjauh dari bagian tersensitif tubuhnya.

Bagai orang tuli, Jaemin mengindahkan ucapan Jeno dan melanjutkan aksi nya untuk menjamah leher putih mulus yang selalu menarik perhatian nya, indra penciuman nya menghirup rakus aroma mawar menggoda yang berasal dari leher sang pujaan hati.

"Eungghhh... aaghhh~"

"Aku hampir kelepasan, maaf." Ujar Jaemin yang kini menyudahi kegiatan icip-icip nya terhadap tubuh sang pujaan, ia menatap Jeno yang terengah-engah karena merasakan sentuhan dari nya.

Akhhh...

Pekik kencang terdengar dari bibir Jeno, ia memekik kaget ketika tiba-tiba tubuhnya terangkat secara mendadak, ia kini tengah digendong ala bridal style oleh Sang Pangeran menuju tempat tidur nya.

"Istirahat lah." Perintah Jaemin dengan nada lembut nya setelah membaringkan dan menyelimuti tubuh Jeno.

Saat akan beranjak pergi, Jaemin merasakan lengan baju nya di tahan oleh seseorang, ia kemudian menoleh untuk melihat si tersangka.

"Kapan kau akan membawa ku menemui sahabat ku Yang Mulia? Aku berjanji tidak akan kabur." Ujar Jeno dengan nada memohon.

Jaemin menghela napas pelan, tangan nya bergerak menggengam jemari Jeno yang memegang lengan baju nya.

"Besok aku akan membawa mu menemui nya, sekarang beristirahat lah, aku akan membawakan makan malam untuk mu." Ujar Jaemin.

Cuppp...

Kecupan pada punggung tangan halus Jaemin berikan sebelum melangkahkan kaki meninggalkan sang pujaan.








¤¤¤








"Apa untung nya bagi mu untuk mengurungku. Yang di incar oleh Tuan mu adalah sahabat ku, bukan aku!" Ujar seorang pemuda yang kini memandang nyalang sang lawan bicara.

"Aku tidak tahu, mungkin karena kau adalah kelemahan kekasih Tuan ku makanya ia masih menahan mu disini." Balas si lawan bicara.

"Keparat!" Umpat si pemuda yang melontarkan pertanyaan tadi.

Terjadi keheningan beberapa saat, si pemuda yang menerima umpatan lantas memberikan pertanyaan.

"Katakan siapa diri mu sebenarnya? Kau bukan hanya seorang buruh biasa bukan?" Tanya nya mengintimidasi.

"Bukan urusan mu untuk mengetahui siapa diri ku." Jawab nya.

"Benarkah? Lantas apa temanmu tahu jati diri mu yang sesungguhnya?" Tanya nya lagi.

Si pemuda yang merasa di interogasi lantas mendelik, ia membalas, "Kau menyelidiki ku?"

"Aku hanya penasaran bagaimana anggota keluarga Muniz bisa berada di istana ini. Kau pasti terkejut kan bagaimana aku masih mengetahui nama keluarga yang sudah lama hilang itu." Ujar si pemuda yang kini tengah meminum secangkir kopi.

"T-tidak mungkin." Cicit si pemuda lain yang kini mengepalkan kedua tangan nya.

"Jika kau tidak ingin jujur, maka aku akan mencari tahu sendiri. Tentang 'Mu' dan tentang 'Nya'."





🌸🌸🌸





*Note

L'âme en peine
Il vit mais parle à peine
Il attend devant cette photo d'antan
Il, il n'est pas fou
Il y croit c'est tout
Il la voit partout
Il l'attend debout
Une rose à la main
À part elle il n'attend rien

UZURI || JAEMJEN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang