44. Change

4.5K 477 22
                                    

Suasana berubah kini tak lagi sama, semula semua terasa indah namun kini hanya kekosongan yang menyapa.

Sejak Jeno meninggalkan nya dua minggu yang lalu terjadi banyak perubahan yang Jaemin alami. Calon pemimpin kerajaan Orbey itu lebih banyak diam, cenderung menyendiri hingga sering mengasingkan diri dari keramaian.

Rasa sedih dan gundah akibat ditinggalkan sang pujaan membuat hidup Jaemin suram.

Ditengah taman yang pernah Jaemin persembahkan untuk Jeno, terlihat Jaemin yang kini sedang terduduk di kursi nya.

Pria itu baru saja keluar dari ruang kerja nya, pakaian nya yang sangat tidak rapi serta sang Pangeran yang belum membersihkan diri membuat ia tampak berantakan.

Nafas di tarik sedemikian rupa, manik teduh Jaemin menatap untaian gelang yang menjuntai di telapak tangan nya, gelang pemberian Jeno sebelum perpisahan itu terjadi.

Jaemin masih ingat benar dengan perkataan Jeno dua minggu yang lalu, ucapan sang pujaan yang mengatakan bahwa Jaemin tidak akan merasakan kosong dalam dirinya kini hanya lah sebuah bualan semata. Nyatanya ia sangat merasa kehilangan, jiwa nya serasa hilang sejak Jeno pergi dari dirinya, hanya raga nya kini yang masih utuh meski sangat mendambakan sentuh.

Presensi mawar menjadi pelarian Jaemin dalam meluapkan rindu pada sang kekasih. Setiap malam sehabis bekerja dirinya akan datang ke taman tersebut guna meluapkan sedikit rindunya, aroma mawar yang memabukkan menjadi obat bagi Jaemin dalam memenuhi hasrat jiwa nya yang kosong.

Keheningan yang tampak damai tersebut tak lama berubah menjadi huru hara ketika beberapa pelayan serta pengawal menghampirinya dengan raut panik, membuat Jaemin yang tengah melamun dibuat tersadar karena nya.

"Ada apa?" Spontan Jaemin tanpa berbasa basi.

"Yang Mulia Pangeran diminta untuk menghadap Yang Mulia Raja sekarang."

Melihat raut khawatir serta kegugupan pelayan yang melapor pada nya membuat perasaan Jaemin mendadak cemas.

"Apa yang terjadi dengan Raja?"

Sejak kesehatan Jeffrey mulai menurun, semua tanggung jawab sebagai calon Raja kini dihibahkan padanya, membuat ia semakin sibuk dengan banyaknya pekerjaan hingga membuat ia sedikit lupa akan kesedihan nya kehilangan sang kekasih, pelarian begitu kata Jaemin.

Tanpa menunggu lama Jaemin segera berlari ke arah kediaman sang ayahanda, perasaan nya tak menentu mengingat kondisi sang ayah yang semakin hari semakin buruk.

Maka ketika ia tiba didepan pintu kamar sang ayah, Jaemin langsung mendorong pintu tersebut dengan kencang hingga menimbulkan atensi dari berbagai pihak yang ada disana.

Kening Jaemin berjengit menatapi satu persatu pejabat yang duduk di sofa kamar sang ayah yang tentunya dibalas dengan keterdiaman pihak yang ada disana.

"Ada apa ayah memanggilku?"

Bukan panggilan Raja dari seorang Pangeran yang Jaemin haturkan, namun ia memberikan panggilan seorang anak kepada orang tuanya. Membuat sudut di hati Jeffrey yang tengah terbaring menatap teduh sang putera.

"Kau belum membersihkan diri Jaemin?"

Pertanyaan basa basi yang hanya dibalas Jaemin seadanya, ia mengangguk seraya mendekati sang ayah, "Aku hanya sedang beristirahat sejenak sebelum membersihkan diri ayah."

Birai Jeffrey tersenyum kecil, "Ke taman 'itu' lagi?"

Jeffrey menekankan sebuah kata guna menebak isi pikiran sang anak yang mana sukses membuahkan sebuah anggukan, terlampau hafal sang ayah dalam memperhatikan sang putera.

UZURI || JAEMJEN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang