Ruangan berukuran 4 x 5 meter ini sengaja di boking oleh pihak mahara untuk pertemuan putri mahkotanya dengan seseorang yang telah membuat janji dengannya.
Sayangnya orang yang memiliki janji belum juga datang ke tempat ini. Sungguh, orang itu sudah bermain-main dengan putri mahara. Putri mahara tidak suka menunggu tapi di suruh menunggu? Berani sekali dia.
"REGAR"
"Ada apa nona?" Tanya regar
"Berapa lama lagi saya harus menunggu?"
"Dia bilang sebentar lagi sampai, nona"
Putri mahara melihat aloji jam tangan miliknya. "Lima menit, kalo belum datang juga atur waktu lagi"
"Baik nona" ucap regar melangkahkan kakinya keluar ruangan
Putri mahara membuka majala dan mulai membaca baca isi majala tersebut.
Melihat reaksinya saat tau semua fakta mengejutkan sepertinya menyenangkan. Ah bukan, bukan semua tapi separu karena bukan sekarang waktunya ia mengetahui semua fakta, tapi nanti saat ia bersama keluarganya.
"Permisi nona, bu bunga sudah datang" ucap regar
Putri mahara mengisyaratkan anak buahnya untuk keluar ruangan menggunakan tangannya. "Baik nona" ucap regar melangkah pergi
Putri mahara menaru majala tersebut di meja. "Silakan duduk" ucapnya
Betapa terkejutnya bunga saat tau siapa putri mahara tersebut. "Tidak perlu kaget begitu tante" ucap putri mahara terkekeh kecil
"Apa kabar?" Tanya putri mahara
"Baik, bagaimana dengan mu?" Tanya bunga
"Tentu saya baik"
Putri mahara tersenyum tipis. Mari kita mulai, apakah ia aka menyusul kekasihnya? Atau hanya terkejut? Atau malah ternyata ia sudah tau semuanya.
"Sebenernya saya tidak peduli dengan semua tentang putri mu atau pun kabar miring tentang keluarga kalian. Selama perusahaan kalian tidak bermain licik, mahara bisa berkerja sama dengan kalian" ucap putri mahara
"Lalu kenapa pihak kalian memutus kerja sama begitu saja?" Tanya bunga
Putri mahara mengambil minumannya, dan menggoyangkan gelas tersebut pelan hingga membuat isi di dalamnya ikut terguncang. "Satu yang saya tidak suka... Kesayangan saya di ganggu" ucap putri mahara masih fokus dengan gelasnya
"Kami tidak pernah mengganggu kamu" ucap bunga
"Oo iya? Kaminya itu termasuk anak tante tidak?" Tanya putri mahara
"Ya" jawabnya santai
Coba kalo dia bilang kata 'kami'nya itu tidak ada anaknya, mungkin putri mahara akan menyetujui ucapannya.
"Kalo begitu tante salah.. Karena putri tante, sudah berani menyentuh orang yang saya sayangi" ucap putri mahara santai
Bunga mengerutkan dahinya. "Siapa?"
"Madu itu memang manis, namun madu yang putri anda jalani bukanlah madu yang manis untuk seorang wanita" ucap putri mahara menaru gelasnya
"Mungkin kalo hanya menjalani saya tidak akan bertindak, tapi putri anda... Bahkan sudah hampir membunuh anak tirinya sendiri" lanjutnya
Ya, lebih tepatnya ingin menggugurkan anak tirinya dengan alibi memberikan segelas susu.
"Anak saya bukan pembunuh" sanggah bunga
"Bukan? Lalu dengan memberikan segelas susu dengan berisi obat penggugur, apa itu bukan pembunuh? Oo iya, maaf saya salah. Itu memang bukan pembunuh, tapi berencana membunuh" ucap putri mahara
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}
Spiritual(BELUM REVISI) Terpaksa menikah karena permintaan terakhir sang abi mungkin masih bisa di terima oleh para wanita, tapi bilang di poligami tidak ada satu pun wanita yang bisa menerimanya. Apalagi di poligami dengan temen sendiri dan secara tersembun...