part 61

3.4K 155 26
                                    

"Dok! Dokter! pasien dikamar 315 mengamuk dengan melukai dirinya sendiri, dok" ucap seorang suster kepada dokter jaga malam ini

dokter tersebut segera berjalan keluar dari ruangannya dan melangkahkan kakinya dengan tergesa ke ruangan tersebut.

pasien di kamar 315 ini memang merupakan salah satu pasiennya yang suka mengamuk yang bahkan parahnya sering melukai dirinya sendiri, oleh karena itu dia menjadi pasien khusus dengan pengawasan yang khusus juga.

"Buka pintunya" titah sang dokter yang langsung dimengerti oleh para suster

Tanpa menunggu lama dokter tersebut langsung melangkahkan kakinya ke dalam kamar.

"JANGAN MENDEKAT!?" Teriak pasiennya dengan terus membenturkan diri ke tembok

Dengan tenang dokter tersebut mendekatkan diri ke arah pasiennya dan menyuntikan obat penenang.

"Bawa ke ambulans"

~RTD~

"Ammah"

Ning tasya menoleh, "kenapa, qil?"

"Qila dan ahrem berdebat lagi" ucap syaqil frustasi

Ning tasya terkekeh kecil dan menggeleng gelengkan kepalanya. Sejak ketemu kedua anak kecil itu memang sudah berdebat, memang hanya perdebatan perdebatan kecil tapi mampu membuat orang yang mendengarnya merasa terusik.

Ning tasya mengelus rambut anak laki-lakinya itu dan mengajaknya untuk menghampiri syaqila dan juga ahrem yang berada di ruang tengah.

"Ahlem jelek"

"Dasar cadel wle" ucap ahrem menjulurkan lidahnya

"Huaaa ammah, ahlemnnya ngeselin" ucap syaqila menangis

Ning tasya yang melihat hanya mampu tersenyum dan memeluk anak perempuannya itu. Mau diberi tau apapun ahrem dan syaqila memang akan selalu terlibat perdebatan setiap kali mereka dipertemukan.

"Ahrem!"

Ahrem membelakan matanya. "Ahrem tidak ngapa-ngapain, paman" ucap ahrem mengangkat tangan kanannya

"Bohong! Ahlem ngatain qila cadel paham hiks" ucap syaqila yang masih terisak di pelukan ammahnya

ahrem menggaruk tekungnya. "Qila yang ngatain aku duluan"

"Minta maaf ahrem" titah pamannya tidak terbantahkan

"Tidak! Qila juga ngatain ahrem"

"Minta maaf"

"Tidak mau, paman"

"Sudah gus muh, gapapa. Namanya juga anak anak, pasti begini" ucap ning tasya

tentu saja, memangnya siapa pamannya ahrem kalo bukan gus muh? Sebenarnya gus muh ke Indonesia berniat untuk menengok orang tuanya yang sedang sakit, tapi ahrem memaksa ingin ikut dengan alasan juga ingin melihat jidaahnya yang sedang sakit.

Ayah dan ibu ahrem? Mereka berdua sedang ada urusan dan belum bisa kembali ke Indonesia, oleh karena itu tidak ikut kembali ke negri ibu pertiwi ini. Mereka berdua juga sudah sempet membujuk ahrem untuk tidak ikut dengan gus muh, karena takut merepotkannya tapi ahrem memaksa dan berjanji tidak akan merepotkan pamannya itu.

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang