part 58

3.6K 195 20
                                    

Disinilah sekarang aku berada. Di soekarno hatta airport, tempat trakhir dimana sebelum aku pergi meninggalkan ibu pertiwi.

Dan... Saat ini, tempat ini menjadi tempat pertama yang aku kunjungi saat tiba di Indonesia.

Gelisah, rindu, takut, bahagia, dan luka menjadi satu saat ini. Aku bahagia karena bisa bertemu dengan keluarga ku, aku rindu kepada sanak saudara ku. Tapi, aku takut akan bertemu dengan mereka, aku belum siap untuk semua itu. Aku gelisah, mengingat apa yang telah terjadi, gelisah akan pertanyaan-pertanyaan apa yang akan aku dapat bila memang bertemu dengan mereka nanti.

"MBA!" Teriak seorang gadis dengan lambaian tangannya ke arah ku

Gadis cantik yang dulu sempat aku kira sulit di atur, gadis yang dulu ku kira bar bar. Ternyata, dialah yang selalu ada untuk ku di saat kejadian itu berlangsung. Gadis yang kini sudah seperti adik ku sendiri.

"Assalamu'alaikum" ucapnya mencium punggung tangan ku

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

"Hai! cantik, apa kabar?" Tanyanya kepada syaqila

Syaqila mengangkat sebelah tangannya dan menggoyangkannya ke kanan ke kiri. "Hai! Qila baik, alhamdulillah. T-tante gita gimana?"

Ya, dia gita. Gadis yang dulu selalu menemani ku, ah tidak. Bahkan hingga saat ini ia selalu menemanui ku.

Matanya membulat sempurna menoleh ke arah ku. "Wah, udah manggil tante nih? Baik, alhamdulillah" ucapnya menatap intes ke arah syaqila

Syaqila mengangguk penuh semangat. "Qila belajal banyak di pesawat. Qila juga bakal manggil al akh akbar dengan sebutan mas" ucap syaqila tersenyum lebar yang membuat wajahnya semakin terlihat bulat

Gita mengacungkan kedua jempolnya kepada syaqila. "Bagus. Mulai sekarang kamu harus biasain ya, qila?" ucap gita yang di balas anggukan oleh syaqila

"Syaqil?"

"Iya ammah" ah, anak ku yang satu ini. Dia memang terkesan cuek, tapi sebenarnya dia sangat perhatian. Terkadang aku heran, dia selalu berbicara singkat seakan berbicara itu mengeluarkan biaya.

"Tidak ingin menyapa eama?" Tanya ku

Ia tersenyum tipis. "Pipi eama semakin persis luqaimat"

Dia itu. Selalu saja punya kejutan yang jarang di duga orang lain.

Gita membulatkan matanya. "SYAQIL!!"

"Gita! Ini dibandara jangan teriak teriak" ucap ku

"Maaf, mba. Coba mba liat anak mba yang satu itu. Aku rasa dia memang lebih bagus saat nggak ngomong deh. Nyebelin, mba" ucap gita yang membuat ku terkekeh pelan

"Syaqil jangan terlalu jujur, nak" ucap ku

"Mba!" ucap gita tidak terima

Aku terkekeh kecil. "Udah, ayo ayo kita pulang" ucap ku yang mendapat persetujuan mereka

~RTD~

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu" jawab mereka yang berada disana dengan atensi tertuju pada satu titik

Seorang wanita paru bayah berdiri dan tersenyum penuh bahagia. "Masya allah, anak umi? Sini, nduk" ucapnya merentangkan tangan

Ning tasya mendekat ke arah sang umi dan menyambut hangat pelukannya. "Sya kangen umi" ucap ning tasya

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang