part 43

4.3K 263 29
                                    

WARNING!!

PART INI BANYAK MENGANDUNG BAHASA JAWA.

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih akhirnya kami tiba di pesantren milik kyai ahmad.

"Kemarin bude sudah menghubungi ummi mu tapi beliau bilang tidak bisa datang" ucap bude ghendis

Aku memang tidak memiliki hubungan darah dengan bude ghendis atau pun pakde ahmad, namun karena kedeketan beliau berdua dengan ummi dan abi jadi aku dan kedua kakak ku memanggil mereka dengan sebutan bude dan pakde.

"Nggih bude, kemarin ummi juga titip salam untuk bude sekeluarga" ucap ku

Ya, aku sempat bilang ke ummi bahwa aku akan berangkat menghadiri acara pondok pesantren bude ghendis.

"Wa'alaikumsalam. Bude kira kamu juga ndak akan datang, nduk"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu" ucap kami berbarengan

"Masih kenal dengan beliau, nduk?" Tanya bude ghendis

"Boten ibu, ayu lupa"

Dia ayu, anak kedua dari bude ghendis. Kalo tidak salah saat ini ia masih kuliah.

"Putri trakhir pakle azka, ingat?" Tanya bude ghendis tersenyum

Ayu berlari mendekat ke arah ku dan memeluk ku. "Ya allah mba, ayu kirain siapa" ucapnya

"Pelan pelan toh nduk, mba mu itu sedang mengandung" ucap bude ghendis yang membuat semua pasang mata menatap ku

"Bener mba?" Tanyanya

Aku mengangguk, "iya"

"Wah, udah lama ndak ketemu tiba tiba ketemu lagi aku udah mau di kasih keponakan" ucap ayu terkekeh

"Sama siapa kesini, ning?" Tanya gus muh

Ya, gus muh ada di sini. Beliau datang berbarengan dengan ayu.

"Dengan mereka berdua gus, sahabat saya" jawab ku yang mendapat anggukan darinya

"Berari mba nginap di sinikan? Kalo gitu mba harus tidur di kamar ku seperti biasa" ucap ayu

Dulu, saat masih sekolah aku, dan mba sinta memang sering diajak oleh ummi ke sini untuk menemui bude ghendis, tidak hanya sehari tapi kadang sampai tiga hari di sini. Oleh karena itu aku jadi dekat dengan ayu, karena setiap kesini aku akan menumpang di kamarnya.

"Biar nanti sahabat mba di kamar tamu, boten nopo nopokan bu?" Ucap ayu

"Iya, nanti biar di siapkan kamarnya" ucap bude ghendis

~RTD~

Tidak terasa hari berjalan begitu cepat. Posisi matahari pun sudah di gantikan oleh cahaya rembulan.

"Boten istirahat, ning?"

Aku menoleh, "Boten gus, sebentar lagi" jawab ku

"Sampun berlama dangu wonten jawi, ning. angin dalu mboten sae kagem kandhutan sampeyan (jangan lama lama di luar, ning. Tidak bagus untuk kandungan mu) " ucap gus muh

"Njih gus"

"Panjenengan piyambak mboten ngaso, gus? (Kamu sendiri tidak istirahat, gus?) " Tanya ku

Ia menggeleng, "masih banyak yang harus saya kerjakan ning"

Gus muh ini umurnya beda satu tahun dengan mba sinta, namun dia lebih tua.

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang