part 50

5.2K 320 69
                                    

"Tasya kamu sudah sadar nduk"

Ning tasya memegangi kepalanya dan langsung menatap ke sekeliling.

"Ummi, sya kenapa? Kok ummi di sini?" Tanya ning tasya

"Ummi dapat kabar kalo kamu pingsan nduk, makanya ummi, risyat, dan sisil langsung ke rumah sakit" ucap ummi aisyah

Ning tasya berusaha mengingat kejadian tadi. Ah dia ingat, tadi dia sedang bertengkar dengan gus al dan citra, tapi mengapa ia bisa pingsan?

Ning tasya memegangi perutnya. "Anak tasya baik baik ajakan ummi?" Tanyanya menatap sang ummi

Ummi aisyah tersenyum, "anak kamu kuat, nduk. Hanya saja kamu harus menginap di rumah sakit beberapa hari" ucap ummi aisyah berusaha memberi ketenangan pada anaknya

"Jangan pikirkan yang lain dulu dek" ucap gus risyat

"M-mas al? Kok mas al nggak ada di sini ummi?"

Ummi aisyah tidak menjawab pertanyaan ning tasya, namun beliau hanya mengelus puncak kepala anaknya.

"Untuk apa kamu tanyakan dia lagi sya? Bahkan dia lebih perduli dengan orang lain ketimbang kamu yang sedang pingsan" ucap gus risyat

"Mas" ucap ning sisil mengelus tangan suaminya

"Tadi al di sini sya, tapi ia pergi karena tadi perut citra sakit dan belum balik lagi ke sini" ucap ning sisil

"Sudah jangan dipikirkan lebih baik kamu istirahat. Saat ini kondisi kamu dan bayi kamu lebih penting dari apa pun, nduk" ucap ummi aisyah

~RTD~

Sudah dua hari aku di rumah sakit tapi mas al tidak juga menjenguk ku, entah apa yang dia sedang lakukan hingga tidak menjenguk ku.

"Jangan melamun nduk, ndak baik" ucap ummi

"Tasya boten melamun ummi"

"Ya sudah. Lebih baik kita siap siap, nggih? Ummi dan mas mu akan mengantar kamu ke rumah" ucap ummi yang ku balas anggukan

Aku ingin melihatnya, kalo memang sudah tidak bisa maka ijinkan aku pergi.

Setelah selesai beres beres aku, ummi, dan mas risyat langsung pergi dari rumah sakit. Namun, ummi dan mas risyat tidak dulu mampir karena mas risyat masih memiliki urusan.

"Umma"

Aku menoleh. "Gita" ucap ku tersenyum

"Umma, gita ingin pamit" ucap gita

"Pamit?" Tanya ku

Ia mengangguk, "gita akan boyong besok, umma. Gita akan melanjutkan kuliah gita"

Dia pergi, lalu siapa yang akan membantu ku lagi nanti?

"Terima kasih sudah bantu gita belajar selama di sini umma, gita senemg bisa kenal umma. Dan, gita harap hubungan kita tidak hanya di sini" ucapnya tersenyum

Aku pun berharap begitu..

"Terus belajar, nggih. Jangan pantang menyerah, umma pengen lihat gita sukses" ucap ku

Ia mengangguk semangat. "Gita janji umma, gita akan tekun belajar sampai gita bisa bermanfaat buat banyak orang" ucapnya sambil mengangkat tangan kanannya

"Umma pegang janji kamu"

"Kalo gitu gita permisi duku ya umma, pengen lanjut beres beres" ucapnya terkekeh kecil

Aku mengangguk, "monggo"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

Aku langsung melanjutkan langkah ku menuju rumah.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

"Tasya, kamu sudah pulang"

Aku mengangguk lemah. "Nggih"

"Kenapa nggak ngabarin mas?"

Ngabarin? Bukankah sudah seharusnya mas ada di sana saat aku sakit? Kenapa perlu dikabari dulu?

"Kenapa nunggu di kabarin mas? Dan,  kenapa mas nggak ada di sana?" Tanya ku melangkah pergi

Ummi bilang saat ini yang terpenting adalah kesehatan ku dan janin ku, dan aku tidak boleh banyak pikiran. Jadi lebih baik aku menghindar dari pada bertengkar.

~RTD~

"Ada apa mas ke sini?"

"Kamu kenapa mai? Sejak pulang dari rumah sakit kemarin kamu jadi aneh" ucap mas al

"Aku kenapa? Aneh? Bukannya kamu yang kenapa mas? Kamu kenapa nggak ada di saat aku butuh kamu? Kamu kenapa selalu mengalahkan aku demi citra? Kamu kenapa tidak bisa menyamakan bagaimana kamu bersikap ke citra dengan ke aku mas? Kenapa? Kenapa mas?"

"Kamu kenapa sih mai? Aku yang mengantarkan kamu ke sana" ucap mas al

Ya, dan setelahnya kamu pergi kemana tidak kembali lagi.

"Memang, tapi kemana kamu setelah itu?" Tanya ku

"Perut citra keram mai, dia butuh aku"

Aku tersenyum lirih. "Butuh kamu ya? Kamu pikir aku nggak butuh kamu mas? Aku juga butuh kamu mas, aku terbaring di rumah sakit tapi kamu nggak ada di sana. Bahkan tidak menjenguk ku sama sekali"

"Kandungan citra lemah sya, mas nggak bisa ninggalin dia"

Aku tersenyum. "Lepaskan aku mas, bebaskan aku dari penderitaan ini"

"Apa maksud kamu?"

Aku sudah memikirkan ini matang matang, dan mungkin memang ini akhirnya.

"Aku udah mencoba mas, tapi nggak bisa. Aku membolehkan citra untuk tinggal di sini sampai kamu menemukan tempat untuknya tinggali, tapi apa? Sampai sekarang kamu nggak mencarinyakan mas?"

Aku berbaik hati dengan mengijinkannya singgah tapi bukan berarti aku membolehkannya tinggal.

"Kamu dan citra hamil sya, mas nggak mungkin meninggalkan kalian berdua, di tambah lagi kandungan citra lemah. Jadi mas lebih baik kalian serumah dulu"

Aku mengangguk anggukan kepala ku. "Begitu ya mas? Tapi tanpa sadar mas malah ingin membuat kandungan ku juga lemah"

"Aku capek mas, tolong lepaskan aku" lirih ku

Aku sudah berusaha mempertahankan hubungan ini, tapi sepertinya memang tidak bisa.

"Kamu ngomong apa sih mai? Nggak usah ngomong yang aneh aneh" ucap mas al

Aneh aneh? Memangnya salah kalo aku mau lepas? Aku hanya membantu mereka yang terus ingin berdua, apa itu salah?

"Mas ke luar dulu, kamu istirahat saja" ucapnya

Dia yang bersikap seakan tidak menginginkan kehadiran ku, lalu kenapa sekarang dia yang tidak menyetujui permintaan ku?

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang