RTD 28

4.3K 176 11
                                    

~~~
Aku hanyalah manusia yang memiliki batas kepekaan jadi janganlah engkau memaksanya untuk terus peka atas 'kodeanmu'.
Tasya alhaira putri
~~~

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu" jawab ning tasya dan gus al berbarengan sambil menengok ke belakang

"Ngapunten ning gus, ning ada yang menunggu jenengan di ruang pengurus"

"Oalah gitu, ya wes mba tolong bilangin tunggu sebentar nanti saya kesana" ucap ning tasya lembut

"Njih ning kalo begitu kulo permisi ning gus, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

Setelah itu mereka semua bubar dari depan ndalem:v. Dan sekarang ning tasya dan gus al sudah berada di kamar mereka.

"Mas kalo gitu humai pamit ya" ucap ning tasya

"Iya yaudah"

"Assalamualaikum"

"Mairo"

"Iya mas?"

"Jangan lama lama ya"

"Iya mas" ucap ning tasya

"Humairo"

"Apa mas?"

"Jangan lama loh" ucap gus al sambil memegang tangan ning tasya

"Iya mas iya"

"Tasyaa" panggil gus al sekarang sembari menarik ning tasya

"Astafirulloh alazim, apa lagi mas?"

"Awas ya kalo lama" ucap gus al mencuil hidung ning tasya

"Iya mas ya ampun iya, makannya sya jalan sekarang biar ga lama, tapi dipanggil mulu" keluh ning tasya

"Haha iya iya, maaf ya jangan marah, dah sana jangan lama lama" ucap gus al

"Iya mas, assalamualaikum" ucap ning tasya pamit sambil mencium tangan ning tasya

"Rembulan Terbelah Dua"

Sekarang ning tasya sudah berada dalam ruangan pengurus di temani oleh salah satu wali santri wati dan mba santri. Mereka membicarakan suatu hal yang penting dan wali santri wati tersebut meminta ijin untuk memboyong anaknya hari ini, di karenakan ada suatu hal yang tidak bisa di jelaskan oleh keduanya.

"Mba tolong ambilkan wajengan ya" ucap ning tasya

"Njih ning"

Mba santri tersebut pergi meninggalkan ketiganya.

"Baik pak bu saya tidak bisa melarang bila itu keputusan kalian. Saya akan persiapkan semuanya, kalian tunggu di sini nggih saya ingin persiapkan semua keperluannya sekarang" ucap ning tasya sopan

"Njih ning"

"Kalo begitu saya tinggal dulu ya bu pak, permisi assalamu'alaikum"

"Nggih, wa'alaikumsalam warohmtullohi wabarokatu"

Ning tasya meninggalkan kedua orang tua wali santri wati tersebut. Ia berjalan menuju ruangannya untuk mempersiapkan kepulangan santri wati. Ning tasya menelpon salah satu pengurus untuk meminta bantuan laporan untuk santri wati, dan juga memanggil santri wati tersebut untuk ke ruangan ning tasya.

"Assalamu'alaikum ning ustazah, manggil kulo?" Ucapnya sopan ketika sampai di ruangan ning tasya

"Wa'alaikumsalam, nggih sini nduk" ucap ning tasya

"Ngapunten ning, apa hana ada salah?" Tanya hana sambil menunduk, ya hana gadis yang perna saya munculkan di awal cerita masih ingat?

Ning tasya hanya menjawab dengan senyuman dan menepuk sofa di sebelahnya, yang mengisyaratkan supaya hana duduk di sebelahnya.

"Nduk orang tau sampean datang ke pesantren mereka ingin memboyong sampean sekarang" ucap ning tasya

"Bapak ibu" gumam hana

"pesen ustazah mangke sasampunipun sampeyan wangsul, menawi wonten masalah rampungaken sae-sae , atasi kalih sirah asrep sanadyan, sampeyan mboten wonten ngriki, sampeyan ajeng tetep dados anggota keluwargi pesantren, kala punapa nggih kajeng wangsul dhateng pesantren konten gerbang ajeng tansah kebikak" ucap ning tasya

"Nggih ning" lirih hana

"Kadang orang tua ingin yang terbaik dari yang terbaik untuk anak mereka hingga mereka lupa untuk terlebih dahulu bertanya apakah anaknya mau atau tidak. Jadi pesan e ketika sampean di berikan pilihan atau di suruh menjawab, jawab yang jujur ndak perlu memikirkan orang tuaku bahagia atau tidak"

"Bukan bukan maksud e kulo seperti pikiranmu, maksudnya gini ketika kamu di tanya mau atau tidak kamu ingin menjawab "tidak" tapi karena melihat wajah kedua orang tuamu ingin kamu menjawab "mau" kamu jadi mengikuti mereka, jangan jangan seperti itu katakanlah jujur jangan sampai di kemudian hari kamu menyesal atau ada sesuatu kejadian yang tak di inginkan nanti kedua orang tuamu jugalah yang nanti merasa bersalah" ucap ning tasya

"Sampe sini paham ndak?" Tanya ning tasya

"Nggih paham"

"Alhamdullilah"

"Matur suon umma" ucap hana tersenyum

"Umma?" Tanya ning tasya bingung

"Ng-ggih umma tasya, bolehkan ning" tanya hana ragu

Ning tasya tersenyum hangat yang tak nampak dan menganggukan kepala seraya memeluk tubuh hana.

"Wes sampean siapkan barang barang sekalian pamit teman teman nggih, setelah itu temui ibu bapakmu" ucap ning tasya sambil mengelus rambut hana yang tertutup khimar

"Nggih umma, kalo begitu kulo pamit assalamu'alaikum" ucap hana pamit sambil mencium punggung tangan ning tasya

~Rembukan terbelah 2~

Setelah masalah kepulangan santri tersebut telah selesai ning tasya bergegas kembali menuju ndalem.

Ning tasya pov
Hari ini hari pertama aku kembali ke pesantren ini, hari yang cukup bahagia menurutku. Aku sangat sangat bersyukur karena masih bisa diberikan rasa bahagia oleh Allah SWT, terima kasih ya allah atas nikmat mu hari ini.

"Teh, imah saha ieu?"

"Imah ieu ngagaduhan lanceukna, Gus Al, anu namina Gus Ali"

"Oo, terus gus ali teh kemana?"

"Sutt udah, ayuk ga usah bahas itu"

Sayup sayup aku mendengar percakapan dua santri wati itu, walau aku tidak bisa menggunakan bahasa sunda namun aku mengerti sedikit dikit bahasa sunda. Sebentar tadi dia bilang kakak mas al? Gus ali? Siapa beliau kenapa aku tidak tau? Ah sudahlah biar kutanyakan nanti soal ini ke mas al.

***
1. Ka/mba, ini rumah siapa?
2. Ini rumah saudara lelaki (kakak) gus al namanya gus ali.

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang