part 45

4.4K 258 74
                                    

"Kamu akan menginap lagi di sinikan nduk?" Tanya bu nyai ghendis

"Boten bude, tasya akan kembali ke Yogyakarta hari ini juga" jawab ning tasya

"Hari ini? Apa kamu ndak capek nantinya. Kamu sedang hamil nduk tidak baik kalo keletihan" ucap bu nyai ghendis

Acara kajian akbar telah berakhir beberapa menit lalu. Saat ini mereka semua sedang ngobrol santai bersama.

"In sya allah tasya ndak akan kenapa kenapa, bude"

"Lebih baik mencegah dari pada mengobati, nduk" ucap bu nyai ghendis sambil mengelus punggung ning tasya lembut

Ning tasya termenung. Perkataan bu nyai ghendis ini mengingatkannya dengan perkataan dokter indi saat terakhir dirinya melakukan kontrol kandungan.

"Kula percaya bahwa ada allah yang akan menjaga kula, bude" ucap ning tasya

Bu nyai ghendis tersenyum. "Kalo begitu biar ghasan yang mengantar, nggih" ucap bu nyai ghendis

"Ghasan" ucap bu nyai ghendis memanggil anaknya

Ghasan, ingat nama lengkap gus muh?

"Nggih bu?"

"Sedang apa, le?" Tanya bu nyai ghendis

"Naming saweg ngancani para dhayoh ngendikan, ibu" (Hanya sedang menemani para tamu mengobrol, ibu)

"Nanti kamu iringi mobil adek mu ini ke yogya ya, le" ucap bu nyai ghendis

Bu nyai ghendis memang selalu menyebut ning tasya dengan sebutan 'adek' setiap kali membicarakan ning tasya kepada gus muh.

"Boten usah, bude. Biar tasya ke yogya bersama teman teman tasya saja" ucap ning tasya

"Boten nopo nopo, ning. Biar nanti saya iringi ke yogyanya, sampean dan kawan kawan sampean iku kan wanita semua takut nanti di jalan ada apa apa tidak ada yang menolong" ucap gus muh

"Ibuu" ucap ning ayu yang tiba tiba datang dengan menggandeng tangan seseorang

"Ono opo toh, nduk?" Tanya bu nyai ghendis lembut

"Lihat lihat aku datang bersama siapa" ucap ning ayu heboh

Bu nyai ghendis tidak heran dengan tingkag anaknya yang satu ini. Ning ayu memang berbeda sifat dan sikap dengan masnya. Ning ayu yang periang dan cerewet berbanding dengan gus muh yang lebih pendiam dan berbicara hanya ketika ada yang penting.

"Siapa toh, nduk?" Tanya bu nyai ghendis

"Assalamu'alaikum, bu" ucap seseorang yang datang bersama ning ayu tadi

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

"Masya allah alyana, ibu kira kamu nggak akan datang nduk" ucap nyai ghendis

Ia tersenyum, "Alhamdulillah aya bisa datang bu, walau pun telat maaf nggih bu"

"Iya ndak papa. Oo iya, tasya kenalkan dia alyana" ucap bu nyai ghendis

Ning tasya mengulurkan tangannya. "Tasya, ning"

Yaps, seseorang tadi juga seorang 'ning'.

"Alyana. Seneng bisa ketemu ning, selama ini hanya tau nama jenengan tanpa pernah kenal atau ketemu langsung. Alhamdulillah, akhirnya bisa kenal sama jenengan, dan ternyata lebih lemah lembut dari yang di kira" ucap ning alyana tersenyum

"Ning terlalu berlebihan" ucap ning tasya

"Mba, mba tasya belum mengenal mba alyana inikan? Biar ayu kenalkan. Mba alyana ini mengajar sebagai dosen di salah satu universitas yang berada di daerah jakarta. Dan, mas muh sama mba alyana ini.." ucap ning ayu

Rembulan Terbelah Dua {Ning Tasya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang